Jumat, 10 September 2010

Manusia Peking dan Zhou Kou Dian

Zhou Kou Dian terletak 50 km sebelah barat daya kota Beijing. Pada tahun 1921, ada dua sarjana, seorang dari Swedia bernama Johan Gunnar Andersson, dan yang lainnya dari Austria bernama Otto Zdansky menemukan dua buah gigi manusia purba di dapur pembakar kapur petani. Pada tahun 1927, seorang professor Kanada yang bekerja di Institut Kedokteran Xiehe Beijing mengemukakan terori tentang “manusia Peking” dinamakan pula “manusia kera Peking” atau “manusia kera Tiongkok”, disingkat “manusia Peking.” 2 Desember tahun 1929, paleo antropolog Tiongkok, Pei Wenzhong berhasil menggali sebuah batok kepala manusia Peking yang utuh di sebuah gua Zhou Kou Dian.

Desa Zhou Kou Dian dikelilingi perbukitan di sebelah barat laut, sedang sebelah tenggara adalah tanah subur yang luas ta bertepi. Dulu di sini pernah mengalir sebuah sungai yang dinamakan Sungai Zhou Kou, tapi kini sudah kering. Di desa ini ada dua bukit batu kaplur yang dinamakan Bukit Tulang Naga karena banyak menghasilkan tumbuhan bahan obat yang dinamakan Tulang Naga.

Penemuan ini sempat menggemparkan kalangan keilmuan di dunia. Kemudian dalam penggalian-penggalian arkeolog setelah itu, para sarjana Tiongkok dan asing telah menemukan 6 batok kepala, 12 pecahan batok kepala dan 150 lebih gigi di Bukit Tulang Naga Zhou Kou Dian. Selain itu ditemukan pula lebih 100 ribu alat-alat batu yang pernah digunakan “manusia Peking” untuk menyalakan api dan berburu.



Sejak itu desa kecil pegunungan ini mulai dikenal dunia, dan oleh paleo antropolog dijadikan basis untuk meneliti asal usul manusia, dan menguak rahasia manusia purba yang pernah hidup di sini setengah juta tahun yang silam.

Penggalian secara sistematis di patilasan Zhou Kou Dian dilakukan antara tahun 1927 dan 1937, kemudian terhenti dalam waktu panjang karena kekacauan perang. Sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949 sampai tahun 1966, para sarjana Tiongkok dan asing melakukan kerjasama dalam penggalian di sana, pada waktu itu, sejumlah sarjana terkenal berkumpul di sini melakukan penggalian dan menemukan fosil-fosil yang menunjukkan bahwa jauh pada masa 400 ribu sampai 500 ribu tahun yang silam, manusia Peking sudah mulai mencari kehangatan dan membakar makanan dengan menyapakan api.

Mereka tinggal di gua dan berburu dengan alat dari batu. Volume otak manusia Peking lebih kecil daripada manusia zaman modern. Dari batok kepala manusia Peking yang tergali ternyata volume otaknya hanya 1059 miligram, sedang manusia zaman modern 1400 miligram. Manusia purba itu sudah bisan berjalan dengan berdiri tegak. Dihitung berdasarkan fosil yang tergali, tingga badan lelaki rata-rata 156 sentimeter, sedang wanita 144 sentimeter. Usia harapan mereka sangat pendek, 70% meninggal sebelum berusia 14 tahun, jarang sekali yang bisa mencapai 50 tahun.

Penggalian di gua Bukit Tulang Naga Zhou Kou Dian telah menemukan tiga batok kepala manusia purba yang dinamakan manusia gua bukit yang hidup kira-kira 27 ribu tahun silam. Kondisi fisik mereka nyata sekali mengalami kemajuan nyata daripada manusia kera Peking. Mereka sudah menguasai teknik penyalaan api, pengeboran dan pengasahan, serta mempunyai konsepsi tentang keindahan. Menurut para paleo antropolog, manusia gua bukit sudah bisa mengadakan upacara pemakaman bagi yang meninggal. Fosil manusia gua bukit adalah data benda penting tentang evolusi manusia. Tahun 1987, Zhou Kou Dian dicantumkan sebagai warisan budaya dunia oleh Unesco.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar