Suatu hari, sewaktu dibawa berkeliling kota, orang tua itu mendengar suara yang menyakitkan telinga. Belum pernah dia mendengar suara yang begitu tidak enak didengar semacam itu di dusunnya yang sunyi. Dia bersikeras mencari sumber bunyi tersebut. Dia mengikuti sumber suara sumbang itu, dan dia tiba di sebuah ruangan di belakang sebuah rumah, dimana seorang anak kecil sedang belajar bermain biola.
"Ngiiik! Ngoook!" berasal dari nada sumbang biola tersebut.
Saat dia mengetahui dari putranya bahwa itulah yang dinamakan "biola", dia memutuskan untuk tidak akan pernah mau lagi mendengar suara yang mengerikan tersebut.
Hari berikutnya, di bagian lain kota, orang tua ini mendengar sebuah suara yang seolah membelai-belai telinga tuanya. Belum pernah dia mendengar melodi seindah itu di lembah gunungnya, dia pun mencoba mencari sumber suara tersebut. Ketika sampai kesumbernya, dia tiba diruangan depan sebuah rumah, dimana seorang perempuan tua, seorang maestro, sedang memainkan sonata dengan biolanya.
Seketika, si orang tua ini menyadari kekeliruannya. Suara tidak mengenakkan yang didengarnya kemarin bukanlah kesalahan dari biola, bukan pula salah sang anak. Itu hanyalah proses belajar seorang anak yang belum bisa memainkan biolanya dengan baik.
Hari ketiga, dibagian lain kota, si orang tua mendengar suara lain yang bahkan melebihi kemerduan dan kejernihan suara sang maestro biola. Menurut Anda, suara apakah itu?
Itu suara sebuah orkestra besar yang memainkan sebuah simfoni.
"Inilah suara terindah yang pernah kudengar", katanya.
Bagi si orang tua, alasan mengapa itulah suara terindah di dunia adalah, pertama, setiap anggota orkestra merupakan maestro alat musiknya masing-masing; dan kedua, mereka telah belajar lebih jauh lagi untuk bisa bermain bersama-sama dalam harmoni.
dikutip dari buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar