Rabu, 18 Juli 2012

Jangan Frustrasi dan Menyerah!

Dalam sebuah pertandingan kejuaraan di tahun 70an, Rudy Hartono maestro bulu tangkis Indonesia saat itu berhadapan dengan pemain hebat asal Malaysia, Punch Gunalan. Ketika itu Punch memimpin dengan telak. Rudy ketinggalan angka 1-14. Satu angka lagi, Punch akan menjadi juara. Secara logika tentu kemenangan hanya tinggal menunggu waktu saja. Tapi apa yang terjadi? Rudy Hartono tidak menyerah sama sekali. Secara luar biasa dia membalikkan keadaan. Angka demi angka diraih untuk menyusul Punch hingga akhirnya keluar sebagai pemenang. Dalam sebuah acara TV beberapa puluh tahun berikutnya, Rudy menceritakan apa yang terjadi saat itu. Demikian kira-kira katanya: "kalau saat itu saya menyerah dan berpikir "yah mati deh.... saya pasti bisa benar-benar mati dan kalah" katanya. Rudy saat itu berpikir positif. Nothing to lose. "Kalaupun kalah tidak masalah, karena saya sudah benar-benar berusaha" katanya. Sikap positif ini membuat Rudy memandang ketinggalan angka dalam posisi kritis itu menjadi sebuah peluang untuk meraih kemenangan. Tekanan secara perlahan berpindah kepada Punch, dan Rudy pun memenangkan pertandingan. Bayangkan jika Rudy saat itu mudah menyerah, mendasarkan hanya pada logika dan hilang semangat ketika dalam posisi kritis, hasil akhirnya tentu akan berbeda.

Tuhan tidak pernah menginginkan kita untuk menyerah. Kita tahu bahwa ada pengharapan tanpa batas dalam Kristus. Amsal menuliskan "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana." (Amsal 24:16). Sebagai anak-anak Tuhan yang punya pengharapan, tidak seharusnya kita mudah jatuh, frustrasi, menyerah dan kemudian kalah. Orang benar boleh jatuh berkali-kali, tapi tetap bangkit, dan kemudian menjadi pemenang, bahkan lebih dari pemenang. "Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan. Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:36-37). Tentu saja ada rasa sakit ketika kita terus menerus bertemu dengan kegagalan. Tapi jangan jadikan itu sebagai sesuatu yang traumatis kemudian membuat kita sulit bangkit karena terus terbelenggu dengan masa lalu. Jadikan kegagalan itu sebagai sebuah pelajaran berharga, dan jadikanlah sebuah titik tolak untuk bangkit.

Rasul Paulus pernah berkata demikian: "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa." (2 Korintus 4:8-9). Sebuah perkataan yang menunjukkan sebuah mental baja yang tidak mudah menyerah. Kita tahu bagaimana beratnya pergumulan Paulus setelah ia bertobat. Di lempar batu, menghadapi badai besar dalam salah satu pelayarannya ketika melayani, dipenjara, dianiaya dan lain-lain. Bagaimana Paulus bisa mencapai pola pikir seperti itu? Demikian katanya: "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami." (ay 10). Yang dimaksud Paulus dalam ayat 10 ini dia jelaskan pada ayat 17. "Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami." (ay 17). Segala penderitaan yang dialami Paulus dan rekan-rekan sepelayanan belumlah sebanding dengan penderitaan yang dialami Yesus dalam menebus dosa-dosa manusia. Dan penderitaan itu semua masih terbilang ringan jika dibandingkan dengan kemuliaan kekal, sebuah kebahagiaan yang luar biasa dan abadi sifatnya, yang dijanjikan Tuhan. Dengan dasar demikian, Paulus dan rekan-rekan tidak merasa tawar hati bahkan menghadapi maut sekalipun. "Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari." (ay 16).

Penderitaan boleh datang, kegagalan boleh hadir dalam hidup kita, tapi semua itu bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah awal untuk belajar melangkah dalam proses perjalanan hidup kita untuk mencapai kesuksesan. Dalam Filipi, Paulus mengungkapkan sebuah tips penting menjalani kehidupan: "aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14). Yesus pun mengingatkan dengan tegas bahwa kita tidak boleh terus terikat dengan segala kegagalan di masa lalu. "Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." (Lukas 9:62). Jangan menyesali kegagalan dan masa lalu anda secara berlebihan, apalagi jika itu mendatangkan frustrasi hingga kemudian menyerah. Jadikan semua itu sebagai titik awal sebuah proses belajar menuju keberhasilan, dan jadikan semua itu sebagai pelajaran untuk bersandar kepada Tuhan. Mulailah mengandalkan Tuhan dalam segala segi kehidupan kita. Ketika anda masih terjatuh saat ini, jangan patah semangat, karena Tuhan punya rencana luar biasa dalam hidup anda. Bangkitlah!

Belajarlah dari kegagalan dan jadikan itu sebagai awal kesuksesan

Jumat, 18 Mei 2012

Singkirkan Kuatirmu Dan Berdoalah

Filipi 4:6-7 “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”
Mengapa kita harus berdoa?
Ada banyak hal yang bisa saya katakan sebagai tanggapan dari pertanyaan ini, tetapi ini adalah salah satu alasan penting mengapa kita harus berdoa.
Doa adalah cara di mana Allah membantu kita untuk mengatasi kecemasan dan kekhawatiran kita.
Kita semua tahu bahwa hidup ini penuh masalah. Kita semua bergumul dengan kekhawatiran tentang kesehatan kita, keselamatan diri kita, keluarga kita, keuangan, dll. Dalam kenyataan ini, apa yang harus kita lakukan? Jawabannya adalah, Berdoa!
Sering dikatakan, “Jika lutut Anda gemetar, berlututlah! Jadi, waktu berikutnya. Anda tiba-tiba dicengkeram oleh rasa khawatir, Anda dapat mengubahnya menjadi doa.”
Rasul Paulus mengingatkan kita, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala
akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:6-7)
Perhatikan bahwa Paulus tidak mengatakan, “Berdoalah tentang segala hal… Jika Anda melakukan ini, masalah Anda akan hilang.”
Sebaliknya, dia mengatakan, “Jika Anda melakukan ini, Anda akan mengalami damai sejahtera Allah, yang jauh lebih indah daripada yang dapat dimengerti oleh pikiran manusia.”
Namun  ini tidak berarti bahwa Allah tidak dapat atau tidak akan menghapus masalah-masalah Anda, karena kadang-kadang Dia akan langsung melakukannya. Namun seringkali, Dia akan memberikan kita kekuatan-Nya dan kedamaian di tengah-tengah masalah.
Dengan kata lain, kita mampu meletakkan segala sesuatu ke dalam perspektif yang tepat.
Jika Anda memiliki “Tuhan yang besar”, dalam arti bahwa Anda melihat Tuhan sebagaimana benar-benar Dia sebagai Tuhan, maka Anda akan memiliki “masalah-masalah kecil”.
Sederhananya, jika Anda melihat masalah-masalah Anda besar, maka Anda melihat Tuhan Anda kecil.Jika Anda melihat Tuhan yang besar, maka Anda akan melihat masalah-masalah Anda adalah kecil.
Salah satu hal yang disampaikan berulang kali oleh Tuhan adalah pesan jangan khawatir dan serahkanlah segala kekhawatiran Anda pada Tuhan.

Alkitab - Utusan Tuhan


Alkitab yang Diberikan Utusan Tuhan
Ketika Yun berusia 16 tahun, ayahnya sakit keras dan dokter berkata bahwa sudah tidak ada harapan lagi. Suatu malam, Ibu Yun mendengar suara Tuhan yang lembut berkata "Yesus mengasihimu". Ia segera bangun dari tempat tidurnya dan berdoa, meminta ampun karena dia telah meninggalkan Tuhan di masa-masa sulit. Sekali lagi ia bertobat dan mengakui dosa-dosanya dan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Keesokan harinya secara ajaib ayah Yun sembuh dari sakitnya, Yun tahu hal ini dan ia menerima Yesus serta memutuskan untuk melayani Tuhan.
Kerinduan Yun begitu besar untuk melihat Alkitab, ia berusaha mencari dikalangan orang-orang yang sudah percaya Tuhan. Dalam pencariannya ia bertemu dengan penginjil dan ia disarankan untuk berdoa dan berpuasa. Dua bulan Yun berdoa dan berpuasa tapi ia belum memperoleh Alkitab, kemudian ia kembali menemui penginjil itu lagi. Penginjil itu berkata, "Bila engkau meminta Alkitab kepada Allah, janganlah hanya berlutut dan berdoa. Engkau juga harus menangis dengan sungguh-sungguh di hadapan Allah. Semakin engkau sungguh-sungguh, semakin cepat engkau mendapat Alkitabmu." Yun mengikuti saran penginjil itu, beberapa bulan berlalu kemudian Yun bermimpi bertemu dengan seorang pria tua yang bertanya apakah ia mempunyai makanan untuk dimakan. Yun mengatakan tidak dan ia melihat pria tua itu memegang sepotong kue berisi kismis. Ketika Yun mengulurkan tangan menerima kue itu, kuenya berubah menjadi sebuah Alkitab. Yun jatuh tersungkur dan berlutut, sambil menangis ia berseru, "Terpujilah Nama Tuhan! Tuhan telah mendengar doaku, dan ia memberiku sebuah Alkitab." Kemudian Yun terjaga, ayah dan ibunya juga terbangun karena tangisannya. Mendengar cerita Yun, orang tua Yun menganggap anaknya sudah gila. Pada waktu bersamaan pintu rumah Yun dibuka oleh 2 orang asing yang tidak pernah dikenal oleh Yun dan kemudian mereka memberikan sebuah Alkitab! Sejak saat itu Yun setiap hari menghapalkan satu pasal (bukan satu ayat!) bagian Alkitab dan pada saat membaca Kisah Para Rasul, Yun mendapat sebuah Visi (penglihatan). Tuhan bicara 3 kali kepada Yun supaya ia memberitakan Injil. Tuhan pun mengatakan tempat tertentu dimana Yun harus melayaniNya. Hal ini terjadi beberapa tahun sebelum masa aniaya yang dialami oleh Yun.
Betapa Banyak Penderitaan yang Ia tanggung oleh karena Nama Tuhan (Kisah Para rasul 9:16)
Tahun 1984, Yun bersama rekannya Ming datang di kota Heping yang terletak diperbatasan antara Provinsi Henan dan Hubei. Mereka berencana untuk mengunjungi saudara-saudari seiman yang ada di sana, tapi karena tekanan dari pemerintah dan banyaknya patroli dari Biro Keamanan Rakyat/Polisi (BKR) tidak ada satu pun jemaat di sana berani menampung mereka. Akhirnya mereka pergi ke kabupaten "A" di Provinsi Henan, situasi di kabupaten ini juga sangat tegang. Sepanjang jalan dan di desa-desa banyak poster yang menentang Allah dan daftar nama orang-orang yang diinginkan pemerintah untuk ditangkap. Namun demikian jemaat di sini sungguh mengasihi Tuhan dan hamba-hamba Allah, mereka berani menanggung risiko dengan menerima saudara seiman yang dicari oleh BKR. Yun berumur kurang lebih 25 tahun dan ia dipenuhi kuasa Roh Kudus dan sering berkotbah di pertemuan-pertemuan jemaat. Pertemuan-pertemuan ini sangat dirahasiakan dan dilakukan di tempat-tempat yang terpencil agar tidak diketahui oleh BKR. Suatu malam setelah pertemuan Yun tertangkap oleh BKR dan ia berpura-pura gila dan mengaku bahwa dia adalah orang kudus agar teman-temannya selamat dan tidak dilibatkan. Kemudian ia dibawa ke kantor polisi untuk diperiksa. Pagi berikutnya Yun dibawa ke halaman stasiun polisi, cuaca pada waktu itu sangat dingin, salju tebal menutupi tanah. Polisi itu memerintahkan Yun untuk berlutut dihadapannya, tapi Yun menolak karena ia adalah orang kudus yang hanya menyembah Allah. Kemudian Polisi itu menyalakan pentungan listriknya dan sambil tersenyum sinis berkata, "Jika engkau orang kudus, maka engkau tidak akan takut terhadap pentungan listrik ini. Ayo letakanlah tanganmu pada pentungan listrik ini."
Dengan kekuatan yang ada Yun berseru "Tuhan selamatkanlah aku!" Pentungan listrik itu macet dan Yun bisa memegangnya erat-erat sambil menatap polisi itu yang terdiam dan berkeringat dingin. Lalu Polisi itu melemparkan pentungannya dan melarikan diri. Kemudian Yun dipindahkan ke pusat tahanan BKR, kehidupan dipenjara sangat sulit. Setiap makanan tahanan/para pesakitan sudah berbau dan berjamur, seminggu sekali mereka hanya diberikan sepotong kecil mantaou (roti kukus).
Para penjaga penjara menghasut pesakitan lain untuk menganiaya Yun, hal ini menjadi rutinitas sehari-hari, mereka meninju dada dan perutnya sampai Yun mulai mengeluarkan darah. Belum lagi jika diinterogasi oleh BKR, mereka memukuli wajahnya sampai bengkak dan tidak dapat dikenali lagi. Berpuasa tidak makan dan minum selama 74 hari Tanggal 25 Januari (hari ke 23, bulan ke 12, kalender Cina), Yun dipindahkan dari kabupaten A ke kota B dengan menaiki truk polisi. Yun merasakan penderitaan yang amat sulit ditanggungnya. Pakaiannya dipenuhi dengan bercak darah yg mengental dan membeku. Belenggu yg ada dipergelangan tangannya telah menembus dagingnya, sakit sekali jika ia bergerak sedikit saja. Yun merasa takut dan ragu, tapi tiba-tiba firman Tuhan datang dan berkata, "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!....Tuhan semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub." (Mazmur 46:11-12). Ketakutan dan keraguan di hati Yun segera lenyap. Ia menerima kekuatan baru dari Tuhan. Yun dibawa ke pengadilan dan diminta untuk melaporkan dengan jujur semua aktivitasnya serta dijanjikan diperbolehkan merayakan imlek bersama keluarganya. Yun minta ijin pada untuk mengingat kembali semua aktivitasnya dan memperoleh kekuatan untuk bicara karena beberapa hari ia tidak makan. Hakim mengabulkan pemintaannya dan Yun ditempatkan di sel nomor dua yang sangat ketat penjagaannya.
Yun menyadari bahwa ia akan menghadapi ujian yg besar di tempat ini, oleh karena itu ia bertekad untuk berdoa dan berpuasa tidak makan atau minum. Namun pencobaan besar datang, pada hari libur utama para pesakitan diberi sepotong kecil mantao dan sop berisikan daun seledri dan daging babi. Semua pesakitan yg hampir mati kelaparan segera melahap makanan itu sampai ludes dan bersih mangkuknya. Iblis mencobai Yun luar biasa, melihat "makanan enak" di depannya bagaimana mungkin Yun tidak tertarik untuk mencicipi sedikit saja?. Syukur pada Tuhan, Yun ingat bagaimana Yesus keluar sebagai pemenang, ia percaya Roh Kudus dan akhirnya keluar sebagai pemenang. Yun memberikan bagian makanan itu kepada pengawas sel dan para pesakitan lain. Pesakitan lain sangat senang dan mulai bersikap baik terhadap Yun. Kemudian Yun diminta untuk menyanyikan sebuah lagu untuk mereka. Dengan penuh sukacita ia menyanyikan lagu pujian bagi Allah.dan menceritakan betapa baiknya Tuhan itu serta mulai menginjili mereka. Yun kembali diinterogasi tetapi ia mengunci mulutnya rapat-rapat , BKR menggunakan segala macam cara penyiksaan tetapi tidak bisa membuat mulut Yun terbuka. Walaupun tubuh Yun kurus seperti tiang namun persekutuan dengan Allah meningkat pesat.
Ketika puasanya memasuki hari ke 38 dan 39 Iblis berkata kepadanya, "Yun, Yesus hanya berpuasa selama empat puluh hari. Dapatkah murid menjadi lebih besar dari gurunya? Bagaimana mungkin hamba melebihi Tuannya ? Bagaimana bisa engaku melewati empat puluh hari ?" Yun sangat tersiksa di dalam hatinya, perasaan takut yg menggetarkan dan tidak berpengharapan sampai pada tingkat pemikiran untuk bunuh diri. Namun ia tahu bahwa dosa bunuh diri sama dengan membunuh. Ia tidak tahu apa yg harus dilakukan selain berseru, "Tuhan, apa yg harus saya lakukan? Aku mohon agar Engkau mau menerima jiwaku!" Tiba-tiba terang Roh Kudus bersinar dan Firman Tuhan datang padanya dengan penuh kuasa, "Anakku, Aku tahu pekerjaanmu; Teguhkanlah hatimu, Aku telah membuka pintu di depanmu, dan tidak ada seorangpun yang dapat menutupnya: karena kamu mempunyai kekuatan kecil , dan telah memegang perkataanKU, dan tidak menyangkal nama-KU." Kegelapan itu lenyap dan Iblis dikalahkan! Yun memuji Tuhan, menangis, menyanyi dan bersekutu dengan Tuhan, Firman Tuhan datang dan berkata ,"Sesungguhnya barang siapa percaya kepadaKu, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa!." (Yohanes 14:12). Ayat ini yg sebelumnya kurang begitu diperhatikannya, datang padanya dengan penuh kuasa pada hari itu. Yun mengklaim ayat itu setiap hari dan sanggup berpuasa 74 hari.
Pada hari ke 41 dari puasanya, Yun kembali di interogasi, tetapi ia tetap tidak mau membuka mulutnya. Ia mulai dipukuli lagi di wajah dan tubuhnya dengan cambuk, pecutan listrik dan alat penyiksaan lainnya. BKR memaksa Yun untuk berjanji menghadiri pertemuan Three-Self Patriotic Church dukungan pemerintah yg oleh Yun dikatakan sebagai perempuan sundal, selain itu Yun dijanjikan menduduki jabatan ketua jemaat tsb. Yun hanya terdiam dan kemudian seorang dokter lapangan menyiksa dia dengan menusukkan jarum suntik tepat di bawah kuku jari-jari tangan Yun. Rasa sakit yang hebat menjalar keseluruh tubuh Yun dan Yun berteriak kesakitan dan akhirnya pingsan. Wajah Yun menjadi kuning, peluh mengucur deras dari wajahnya dan darah mengalir dari jari-jarinya, lalu BKR menendang Yun sampai tersungkur di lantai. Setelah penyiksaan itu Yun di bawa kembali ke selnya, teman selnya Li menangis sedih melihat derita yg dialami Yun, pada awalnya Li diberi tugas untuk mengawasi Yun, tapi kemudian! dia bertobat melihat kesaksian hidup Yun. Pengawas penjara kemudian menyuruh pesakitan yg satu sel dengan Yun untuk menyiksa dia setiap hari dengan janji akan dikurangi masa hukumannya. Kecuali Li, seluruh pesakitan walaupun menghormati Yun, tapi belum menerima Yesus, mulai dirasuki pikiran jahat. Mereka mulai menyiksa Yun setiap hari, tempat tidur Yun dipindahkan ke tempat kencing di dalam sel itu, ketika mereka kencing air kencing mereka langsung mengenai kepala Yun. Begitulah Yun mengalami penyiksaan selama dia di dalam sel dan berpuasa selama 74 hari.
Pada hari ke 74 , Yun dikunjungi oleh ibu dan istrinya serta beberapa saudara, mereka mengadakan perjamuan kudus dengan roti dan juice anggur yang dibeli saudaranya di kedai. Perjamuan itu sungguh khidmat dan berlangsung di ruang interogasi, kuasa Tuhan menjaga acara tersebut sehingga orang BKR tidak dapat berbuat apa-apa hanya melihat saja. Begitu perjamuan selesai, BKR itu seperti terjaga dari tidur dan mulai mengusir keluarga Yun serta menyeret Yun kembali ke dalam sel. Pertobatan terjadi di sel penjara Kembali ke sel nomor dua, Yun mulai dihina pengawas sel dan pesakitan lainnya, lalu Yun berkata dengan penuh otoritas Allah, "Allah telah mengutusku ke sini demi kalian. Sesegeranya aku masuk penjara, aku menceritakan kepada kalian tentang Injil salib Yesus. Lagipula, kalian telah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana aku tidak makan sesendok nasi dan tidak minum setetes airpun selama 74 hari. Aku bertanya pada kalian: selama ribuan tahun sepanjang sejarah, siapa yang pernah melihat orang yang melakukan demikian selama 74 hari dan tetap hidup? Hari ini, aku berdiri ditengah-tengah kalian. Apakah ini tidak cukup membuktikan bahwa Tuhanku itu benar dan hidup? Apakah kalian akan terus tegar tengkuk dan menolak Yesus Kristus? Ketika penghakiman datang bagaimana kalian akan dapat menghindar dari murka penghakiman itu?
Hari ini, Tuhan berbelas kasihan kepada kalian dan menawarkan pengampunan kepada kalian. Ia telah memanggilku untuk menyampaikan pesan pertobatan dan pengampunan dosa. Oleh karena itu masing-masing kalian berlutut dihadapan Yesus Kristus, mengakui dosa-dosa kalian dan bertobat, sehingga kalian dapat terhindar dari penghakiman dan kematian kekal yang akan menimpamu, diselamatkan dan memasuki kerajaan sorga yang kekal dengan suka cita!" Perkataan Yun seperti bom atom, kelompok yang terdiri dari lima belas orang itu tersungkur dihadapan Tuhan. Orang yg pertama kali berlutut adalah pengawas penjara lalu kemudian menyusul yg lainnya. Masing-masing dijamah Roh Kudus dan mereka diperlihatkan segala perbuatan jahat mereka babak demi babak seolah-olah mereka sedang menonton di bioskop. Mereka mulai menangis dengan bersuara, lalu Yun membaptis mereka .
Demikianlah terjadi pertobatan dan kebangunan rohani yang mecapai seluruh isi penjara dan jemaat di luar tembok penjara mulai mengalami kebangunan rohani. Kabar mengenai Yun yg berdoa dan berpuasa 74 hari tersebar kemana-mana dan menggoncangkan saudara-saudari seiman yang takut, suam-suam kuku dan tertidur rohnya. Kabar itupun menggemparkan orang-orang BKR, Yun kemudian diangkat menjadi pengawas sel nomor dua. Yun juga mempertobatkan seorang pesakitan anak pejabat BKR yang telah membunuh, memperkosa dan membuat kejahatan keji lainnya. Pesakitan itu bernama Huang dan ia akan dihukum mati, selama di dalam sel ia selalu mencoba bunuh diri. Berkat kasih yang ditunjukkan Yun dan pesakitan lain yang bertobat, Huang akhirnya menyerahkan hidupnya pada Yesus.

Cerita di atas disadur dari buku: Judul: Darah dan Air Mata
Judul Asli: Lilies Amongst Thorns Chinese Christians Tell Their Story Through Blood and Tears by Danyun Penerbit Indonesia: Cipta Olah Pustaka

Empat Ekor Binatang


Dalam sebuah kapal ada 4 ekor hewan yang menemani seorang nahkoda. Hewan itu ialah ayam, gajah, harimau dan tikus. Suatu hari keempat hewan itu berkumpul dan menceritakan kehebatan masing-masing.

Kata Ayam, "Aku selalu memberi telur kepada nahkoda kita. Berkat aku, dia dapat makan enak dan bergizi."

Gajahpun tak mau kalah, "Aku kuat, aku selalu membantu nahkoda kita untuk mengangkat barang-barang berat."

Harimau menimbrung, "Kalau aku terkenal sakti dan selalu dapat memenangkan setiap pertempuran, aku selalu melindungi nahkoda kita dari serangan bajak laut dan orang-orang jahat".

Hanya tikus yang terdiam. Ketiga hewan lainnya memandang dia katanya : "Tikus apa fungsimu di sini, hanya engkau yang tak mempunyai fungsi di sini.hahahaha". Mereka mengejek tikus itu.

Suatu hari kapal itu terantuk pada tonjolan karang dan bocor. Keempat hewan itu dan nahkodanya panik. Mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan karena lokasi kebocoran berada di tempat tersembunyi sehingga tidk bisa ditemukan. Tikus berpikir sejenak kemudian berkata, "Teman-teman mungkin inilah saatnya aku dapat berguna bagi kalian."

Lalu tikus itu mulai bergerak. Dengan tubuh mungil dan lonjong itu dia begitu mudah masuk ke sela-sela kayu untuk menemukan sumber kebocoran itu. Akhirnya kapal itu dapat diselamatkan.

Nahkoda itu berkata : "Untung ada kamu tikus, kalau tidak kita bisa celaka". Ketiga temannya pun tertunduk malu karena mereka telah mengejek tikus itu.

Demikianlah TUHAN memberikan kepada kita semua talenta masing masing. Tidak ada orang bodoh yang ada hanya orang yang tidak sadar akan bakat yang diberikan TUHAN kepada kita. Janganlah mengejek dan saling merendahkan tetapi hendaklah saling melengkapi untuk hidup yang lebih baik.

Senin, 02 April 2012

Sebatang Bambu

Alkisah disuatu desa yang begitu rindang, yang dipenuhi dengan perpohonan disekitarnya, tumbuhlah sebuah pohon mahoni yang begitu besar, menjulang tinggi seolah-olah ingin memberitahukan dunia betapa kuatnya dia, yang terlihat gagah. Tampak dia begitu memancarkan pesona wibawa bagi siapapun yang melihatnya. Tak jauh dari tempat pohon mahoni itu berada, tumbuhlah sebatang bambu yang mendampingi pohon mahoni tersebut. Namun apabila dilihat dari kasat mata, sungguh suatu pemandangan yang begitu kontras, bagaikan langit dan bumi, pohon mahoni yang begitu gagahnya dengan ranting-ranting besar yang menghiasinya, dan sebatang bambu yang begitu ramping, dengan dahan yang melengkung ke bawah.

Walaupun mereka berbeda, namun mereka selalu hidup berdampingan, sang bambu yang rendah hati selalu menyapa pohon mahoni setiap harinya, mereka berbincang dan berbincang. Pohon mahoni selalu suka menyombongkan dirinya, betapa besar dan hebatnya dia, sang bambu tidak pernah jemuh untuk mendengarkan kesombongan si pohon mahoni sambil tersenyum dia selalu membalasnya dengan pujian dalam ketulushatiannya.

Suatu malam hujan deras menguyur desa tersebut disertai angin yang berhembus dengan kencangnya. Suara gemuruh guntur turut membuat suasana cekam malam hari itu, banyak pohon-pohon bertumbangan, karena tidak kuat menghadapi hembusan angin kencang. Si pohon mahoni dan bambu pun turut terkena terpaan angin kencang, mereka mencoba bertahan dan berusaha untuk tidak tumbang.

Sang pohon mahoni yang panik, berusaha menahan angin kencang tersebut dengan badan nya yang besar. Namun badannya tidak cukup besar untuk menahan laju angin yang begitu kencang, dan akhirnya tumbanglah pohon mahoni tersebut. Sang bambu yang berada disampingnya pun terkena tiupan angin kencang, namun dia tidak menahan deruan angin kencang, dia hanya mengikuti kemana pun arah tiupan anginnya, dengan fleksibelnya dia bergemulai dengan hembusan angin, dan akhirnya angin kencang telah berlalu, sebatang bambu tetap tumbuh dengan indahnya, disamping pohon mahoni yang tumbang akibat terpaan angin kencang.

~Dalam pencapaian sukses, manusia selalu dihadapi oleh realitas masalah yang selalu datang silih berganti. Namun menjadi insan yang sukses harus mampu menghadapi masalah tersebut dengan kefleksibelan diri kita mengikuti dan mengetahui sebenarnya masalah yang sedang kita hadapi dan melakukan penyelesaian dengan fleksibel. Seperti sebatang bambu yang mengikuti terpaan angin dengan fleksibel, begitu juga kita harus menyikapi masalah dan tidak kaku akan satu penyelesaian saja. Karena apabila kita hanya monoton, dan menggangap kita hebat tanpa berusaha fleksibel, dengan memberikan solusi yang sama pada suatu masalah, niscaya kita akan tumbang seperti pohon mahoni yang besar~

http://successandwisdom.blogspot.com

Jumat, 16 Maret 2012

101 Intisari Seni Perang Sun Tzu

Sun Tzu
  1. Seni perang sangat penting bagi negara. Ini menyangkut masalah hidup dan mati, satu jalan (tao) menuju keselamatan atau kehancuran.
  2. Kenalilah musuhmu, kenalilah diri sendiri. Maka kau bisa berjuang dalam 100 pertempuran tanpa risiko kalah. Kenali bumi, kenali langit, dan kemenanganmu akan menjadi lengkap.
  3. Sang jenderal adalah pelindung negara. Ketika sang pelindung utuh, tentu negaranya kuat. Kalau sang pelindung cacat, tentu negaranya lemah.
  4. Gunakanlah kekuatan normal untuk bertempur. Gunakan kekuatan luar biasa untuk meraih kemenangan.
  5. Kemungkinan menang terletak pada serangan. Mereka yang menduduki medan pertempurannya lebih dulu dan menantikan musuhnya, akan memperoleh kemenangan.
  6. Kecepatan adalah inti perang. Yang dihargai dalam perang adalah kemenangan yang cepat, bukan operasi militer berkepanjangan.
  7. Ketika sepuluh lawan satu, kepunglah. Ketika lima lawan satu, seranglah. Ketika dua lawan satu, bertempurlah. Ketika seimbang, pecah belahlah. Ketika lebih sedikit, bertahanlah. Ketika tidak memadai, hindarilah.
  8. Mengetahui kapan seseorang dapat dan tidak dapat bertempur adalah kemenangan.
  9. Mengetahui cara menggunakan yang banyak dan yang sedikit adalah kemenangan.
  10. Atasan dan bawahan yang menginginkan hasrat yang sama adalah kemenangan.
  11. Bersikap siap dan menunggu musuh tidak siap adalah kemenangan.
  12. Sang jenderal yang mampu dan sang raja yang tidak campur tangan adalah kemenangan.
  13. Kemenangan itu dapat dikenal, tetapi tidak dapat dibuat.
  14. Kondisi tak terkalahkan terdapat pada diri sendiri. Kondisi dapat ditaklukkan terdapat pada musuh. Demikianlah yang terampil dapat menjadikan diri mereka tak terkalahkan. Mereka tidak bisa menjadikan musuh dapat ditaklukkan.
  15. Militer yang menang sudah menang lebih dulu, baru bertempur. Militer yang kalah bertempur dulu, baru mencari kemenangan.
  16. Pertama, ukurlah panjangnya. Kedua, ukurlah volumenya. Ketiga, hitunglah. Keempat, timbanglah. Kelima adalah kemenangan. Bumi melahirkan panjang. Panjang melahirkan volume. Volume melahirkan hitungan. Hitungan melahirkan timbangan. Timbangan melahirkan kemenangan.
  17. Melawan yang banyak sama seperti melawan yang sedikit. Itu hanya soal bentuk dan nama.
  18. Pertempurannya kacau, tetapi tidak seorang pun tidak takluk pada kekacauan. Kekacauan lahir dari keteraturan. Kepengecutan lahir dari dari keberanian. Kelemahan lahir dari kekuatan. Keteraturan dan kekacauan adalah soal menghitung. Keberanian dan kepengecutan adalah soal shih. Kekuatan dan kelemahan adalah soal bentuk.
  19. Tentang sifat pepohonan dan batu-batuan – ketika tenang, mereka diam. Ketika marah, mereka bergerak. Ketika persegi, mereka berhenti. Ketika bundar, mereka bergerak. Mengerahkan orang-orang ke pertempuran adalah seperti menggelindingkan batu-batuan bundar dari sebuah gunung setinggi seribu jen.
  20. Seseorang yang mengambil posisi lebih dulu di medan pertempuran dan menantikan musuhnya, tenang. Seseorang yang mengambil posisi belakangan di medan perang dan tergesa-gesa bertempur, ia harus bekerja keras. Demikianlah seseorang yang terampil bertempur memanggil lawannya, dan bukan dipanggil oleh mereka.
  21. Untuk membuat musuh datang atas kemauan sendiri – tawarkan mereka keuntungan. Untuk mencegah datangnya musuh – lukai mereka. Demikianlah seseorang dapat membuat musuh bekerja keras sementara ia sendiri tenang, dan membuat musuh kelaparan sementara ia sendiri kenyang.
  22. Kejarlah rancangan-rancangan strategis untuk membuat musuh takjub. Maka kau bisa merebut kota-kota musuh dan menggulingkan negaranya.
  23. Untuk menempuh jarak seribu li tanpa takut, tempuhlah jalan yang tak berpenghuni.
  24. Untuk menyerang dan pasti merebutnya, seranglah di mana mereka tidak bertahan.
  25. Untuk bertahan dan pasti tetap teguh, bertahanlah di mana mereka pasti menyerang.
  26. Demikianlah kalau seseorang terampil menyerang, musuh tidak tahu di mana ia harus bertahan. Kalau seseorang terampil bertahan, musuh tidak tahu di mana ia harus menyerang.
  27. Jenderal yang terampil akan membentuk lawannya, sementara ia sendiri tanpa bentuk.
  28. Siapkan di bagian depan, maka yang belakang lemah. Siapkan di bagian kiri, maka yang kanan lemah. Di mana-mana siap, di mana-mana lemah.
  29. Tak ada yang lebih sulit daripada menyiapkan pasukan.
  30. Sebuah pasukan tanpa kereta bagasi, akan kalah. Tanpa gandum dan makanan, kalah. Tanpa persediaan, kalah.
  31. Gesit seperti angin. Lamban seperti hutan. Menyerbu dan menjarah seperti api. Tak bergerak seperti gunung. Sulit dikenal seperti yin. Bergerak seperti guntur.
  32. Ketika menjarah desa, bagikanlah pada orang banyak. Ketika memperluas wilayah, bagilah keuntungannya. Timbanglah itu dan bertindaklah.
  33. Karena mereka tak dapat mendengar satu sama lain, mereka membuat genderang dan lonceng. Karena mereka tak dapat saling melihat, mereka membuat bendera serta spanduk.
  34. Dalam pertempuran di siang hari, gunakanlah lebih banyak bendera dan spanduk. Dalam pertempuran di malam hari, gunakanlah lebih banyak genderang dan lonceng. Genderang dan lonceng, bendera dan spanduk adalah alat seseorang menyatukan telinga dan mata orang-orangnya.
  35. Begitu pasukan disatukan dengan erat, yang berani tidak berkesempatan maju sendirian, yang pengecut tidak berkesempatan mundur sendirian, inilah metode menggunakan pasukan dalam jumlah besar.
  36. Bagi seorang jenderal ada lima bahaya – bertekad mati, ia bisa tewas. Bertekad hidup, ia bisa tertangkap. Cepat marah, ia bisa dihasut. Murni dan jujur, ia bisa dipermalukan. Mengasihi orang banyak, ia bisa dibuat jengkel. Kelimanya adalah bencana dalam militer.
  37. Gunakan keteraturan untuk menantikan kekacauan. Gunakan ketenangan untuk menantikan kebisingan. Inilah yang dimaksud dengan mengatur hati dan pikiran.
  38. Gunakan yang dekat untuk menunggu yang jauh. Gunakan yang santai untuk menunggu yang bekerja keras. Gunakan yang kenyang untuk menunggu yang lapar. Inilah yang dimaksud dengan mengatur kekuatan.
  39. Jangan bertempur dengan pasukan yang teratur. Jangan memukul formasi-formasi yang kuat. Inilah yang dimaksud dengan mengatur perubahan.
  40. Jangan hadapi mereka ketika mereka berada di bukit yang tinggi. Jangan melawan mereka sementara mereka membelakangi gundukan. Jangan mengejar mereka ketika mereka berpura-pura kalah. Berikan jalan keluar bagi prajurit-prajurit yang dikepung. Jangan menghalangi prajurit yang mau pulang.
  41. Di tanah terbuka, janganlah berkemah. Di tanah persimpangan, bergabunglah dengan para sekutu. Di tanah penyeberangan, jangan berlama-lama. Di tanah tertutup, susunlah strategi. Di tanah kematian, bertempurlah sampai mati.
  42. Ada jalan-jalan yang hendaknya tidak ditempuh. Ada pasukan-pasukan yang hendaknya tidak digempur. Ada kota-kota yang hendaknya tidak diserang. Ada tanah-tanah yang hendaknya tidak diperebutkan. Ada perintah-perintah yang berdaulat yang hendaknya tidak diterima.
  43. Kalau menurut Tao pertempuran ada kemenangan yang pasti, sementara sang raja melarang bertempur, jelas seseorang tetap bisa bertempur. Kalau menurut Tao pertempuran taka da kemenangan, sementara sang raja menyuruh bertempur, seseorang tidak boleh bertempur.
  44. Rencana-rencana orang bijak pasti mencakup keuntungan dan bahaya. Mencakup keuntungan, sehingga pelayanannya dapat dipercayai. Mencakup bahaya, sehingga kesulitan dapat diatasi.
  45. Tujuan mereka hendaknya mengambil segala yang di kolong langit dalam kondisi utuh lewat keunggulan strategis.
  46. Buatlah jalan mereka memutar dan pancinglah mereka dengan keuntungan.
  47. Memenangkan pertempuran dan merebut lahan dan kota, tetapi gagal mengonsolidasikan kemenangan, sama saja dengan buang-buang waktu dan sumber daya.
  48. Ketika serangan elang meremukkan tubuh mangsanya, itu adalah berkat waktunya (timing). Waktu adalah serupa dengan ditariknya pelatuk.
  49. Jangan ulangi cara-cara meraih kemenangan.
  50. Komandan yang andal dalam perang meningkatkan pengaruh moral dan patuh kepada hukum serta peraturan. Demikianlah ia berkuasa mengendalikan sukses.
  51. Adalah urusan seorang jenderal untuk tidak banyak bicara, sehingga lebih dapat menyimak.
  52. Komandan yang baik akan mencari kebajikan dan berusaha mendisiplinkan diri sesuai dengan hukum, agar dapat mengendalikan keberhasilannya.
  53. Sang pemenang adalah mereka yang tahu menggunakan strategi langsung dan strategi tidak langsung.
  54. Kegesitan itu unggul. Tunggangilah ketidakmampuan lawan. Tempuhlah jalan yang tidak disangka-sangka. Seranglah di mana ia tidak siap.
  55. Seseorang yang terampil menggunakan militer dapat disamakan dengan shuai-jan. Shuai-jan adalah seekor ular dari Gunung Heng. Pukullah kepalanya, maka ekornya tiba. Pukullah ekornya, maka kepalanya tiba. Pukullah bagian tengahnya, maka kepala maupun ekornya tiba.
  56. Kalau seseorang bertindak konsisten untuk melatih orang banyak, maka orang banyak itu akan tunduk. Kalau seseorang bertindak tidak konsiten untuk melatih orang banyak, maka orang banyak itu takkan tunduk. Seseorang yang bertindak konsisten itu serasi dengan orang banyak.
  57. Seorang jenderal mewakili nilai-nilai kebaikan dari kebijaksanaan, ketulusan, kemurahan hati, keberanian, dan kedisiplinan.
  58. Jenderal yang baik mengikat pasukannya. Ikatlah mereka dengan perbuatan. Janganlah memerintah mereka dengan perkataan. Ikatlah mereka dengan bahaya. Janganlah memerintah mereka dengan keuntungan. Persulitlah mereka di tanah kepunahan, toh mereka tetap selamat. Tenggelamkanlah mereka di tanah kematian, toh mereka tetap hidup. Orang banyak ditenggelamkan ke dalam bahaya. Toh mereka dapat mengubah kekalahan menjadi kemenangan.
  59. Jenderal yang melindungi tentaranya seperti bayi akan mendapati mereka mengikutinya sampai ke jurang yang dalam. Jenderal yang memperlakukan tentaranya seperti anaknya yang dikasihi, akan mendapati mereka bersedia mati untuknya.
  60. Jenderal yang cakap membuat prajurit sepenuhnya sepakat dengan pimpinan mereka, sehingga mereka akan mengikutinya sepanjang hidup sampai mati, tanpa merasa takut atas hidup mereka, dan tak gentar terhadap bahaya apapun.
  61. Kalau sesuai dengan keuntungan, bertindaklah. Kalau tidak sesuai dengan keuntungan, berhentilah.
  62. Kalau ada yang bertanya, “Musuh yang besar jumlahnya dan teratur akan mendekat, bagaimanakah aku menantikan dia?”, akan kujawab, “Rebutlah apa yang dicintainya, maka ia akan mendengarkanmu”.
  63. Seranglah pada saat lawan tidak siap. Datanglah pada saat yang tidak diduga.
  64. Jadilah yang pertama menempati yang tinggi dan Yang. Amankanlah rute persediaanmu.
  65. Pasukan menyukai yang tanah tinggi dan membenci yang rendah, menghargai Yang dan mencemooh Yin, mempertahankan kehidupan dan mengambil posisi yang mantap. Inilah yang dimaksudkan ‘pasti menang’. Pasukan ini tak mengalami seratus penindasan.
  66. Janganlah maju dengan angkuh. Cukuplah mengumpulkan kekuatan, mengamati musuh, dan menyerangnya. Namun, kalau seseorang tidak membuat rencana dan menganggap enteng musuh, ia pasti tertangkap musuhnya.
  67. Mengetahui pasukan dapat menggempur, tetapi tidak mengetahui bahwa musuh tak dapat digempur, ini hanya separuh kemenangan. Mengetahui bahwa musuh dapat digempur, tetapi tidak mengetahui bahwa pasukan tak dapat menggempur, ini hanyalah separuh kemenangan. Mengetahui bahwa musuh dapat digempur, mengetahuti bahwa pasukan dapat menggempur, tetapi tidak mengetahui bahwa bentuk bumi tak dapat digunakan untuk bertempur, ini juga hanya separuh kemenangan.
  68. Sang komandan tenang dan tak dapat diduga. Ia menciptakan keteraturan. Ia mengaburkan mata dan telinga pejabat maupun pasukan. Mencegah mereka memilikinya. Ia mengubah-ubah kegiatannya. Ia mengganti-ganti strateginya. Ia mencegah orang memahaminya. Ia ubah perkemahannya. Membuat rutenya memutar. Mencegah orang mendapatkan rencananya.
  69. Ketika saya meraih kemenangan, saya tidak akan mengulangi taktik tang sama, tetapi melihat situasi dengan cara yang tak terbatas. Strategi militer sama seperti air yang mengalir. Seperti air membentuk alirannya mengikuti dataran yang dilewati, pasukan meraih kemenangan tergantung pada musuh yang dihadapi. Oleh karena itu, siapa yang dapat memodifikasi taktik berdasarkan keadaan musuh akan meraih kemenangan sejati.
  70. Dalam pertempuran memiliki banyak tentara tidak menjamin kemenangan. Jangan maju bertempur hanya semata-mata mengandalkan kekuatan militer. Setiap orang yang kurang perhitungan dan menganggap enteng musuh dengan menghina dan meremehkan, pada akhirnya akan tertawan sendiri.
  71. Semakin banyak perencanaan, semakin banyak peluang menang. Semakin sedikit perencanaan, semakin sedikit peluang menang. Lantas, bagaimana jika tanpa perencanaan sama sekali?
  72. Jenderal yang cakap maju berperang tanpa mengharapkan ketenaran, dan mundur tanpa merasa takut dipermalukan. Jenderal yang cakap hanya berusaha melindungi rakyatnya, melayani pemerintahnya. Ia adalah mutiara bangsa yang sangat berharga.
  73. Dapat melihat matahari dan bulan bukanlah pertanda tajamnya penglihatan. Mampu mendengar suara halilintar bukanlah pertanda tajamnya pendengaran. Kemenangan hanya bisa diraih dengan cara-cara yang luar biasa.
  74. Bersekutulah dengan negara tetangga di daerah perbatasan.
  75. Kalau tidak menguntungkan, janganlah bertindak. Kalau tak mungkin menang, janganlah menggunakan pasukan. Kalau tidak dalam bahaya, janganlah bertempur.
  76. Raja tak dapat membangkitkan pasukan hanya dengan murkanya. Jenderal tak dapat bertempur hanya dengan kepahitannya. Kalau sesuai dengan keuntungan, gunakanlah pasukan. Kalau tidak, berhentilah.
  77. Pemerintah yang berpikiran terbuka merencanakan dengan baik. Jenderal yang baik siap melaksanakan rencana tersebut.
  78. Tanpa keharmonisan dalam suatu negara, tidak akan ada ekspedisi militer yang dapat dilakukan. Tanpa keharmonisan dalam barisan tentara, tak ada formasi pertempuran yang dapat dibentuk.
  79. Meraih 100 kemenangan dalam 100 pertempuran bukanlah puncak keterampilan. Menaklukkan musuh tanpa bertempurlah kesempurnaan tertinggi.
  80. Ada lima serangan dengan api. Yang pertama, membakar orang. Yang kedua, membakar took. Yang ketiga, membakar kereta bagasi. Yang keempat, membakar pabrik senjata. Yang kelima, membakar jalur transportasi.
  81. Menggunakan api untuk menyerang adalah cerdik. Menggunakan air untuk menyerang juga memberi kekuatan lebih hebat. Tetapi air hanya dapat membagi atau menghalangi lawan, sedangkan api dapat menghancurkan lawan.
  82. Membunuh musuh adalah soal amarah murka. Mengambil makanan musuh adalah keuntungan.
  83. Mata-mata merupakan elemen penting dalam perang, karena di pundak mereka bergantung kemampuan pasukan untuk bergerak.
  84. Tak ada persaudaraan lebih intim daripada persaudaraan seorang mata-mata. Tak ada upah lebih besar daripada upah seorang mata-mata. Tak ada urusan lebih rahasia daripada urusan mata-mata.
  85. Tak ada yang lebih sulit daripada mengatur maneuver pasukan. Mereka yang bergerak tanpa penghalang akan menang. Mereka yang bisa menggunakan tipu daya akan menang.
  86. Rahasia dari tipu daya adalah mengetahui bagaimana memanipulasi pandangan musuh. Membuat yang jauh kelihatan dekat, dan yang dekat kelihatan jauh.
  87. Jenderal yang baik menghindari musuh yang semangatnya tinggi. Ia menyerang musuh pada saat mereka lelah.
  88. Jangan mengejar gerakan mundur yang fatal. Jangan terpancing umpan musuh.
  89. Ketika mengepung musuh, berikan mereka jalan keluar. Jangan menekan musuh yang sudah tidak berdaya.
  90. Ada lima jenis pengintai yang dapat digunakan. Ada pengintai pribumi, pengintai yang membelot, pengintai mati, dan pengintai hidup.
  91. Kunci memenangkan pertempuran adalah memahami maksud musuh. Konsentrasikan kekuatan di satu arah. Tempuhlah jarak seribu li, dan bunuhlah jenderalnya.
  92. Raja yang dicerahkan, merenungkannya. Jenderal yang baik menindaklanjutinya.
  93. Kemenangan dapat direncanakan. Ketika saya membangun strategi terakhir, haruslah tidak berbentuk dan tidak kelihatan. Tidak berbentuk, sehingga tak diketahui oleh mata-mata paling hebat sekalipun. Tidak kelihatan, sehingga tak dapat dikalahkan oleh penasihat terhebat. Saya mengalahkan musuh dengan mengendalikan situasi, namun musuh tidak tahu bagaimana saya mengawasinya.
  94. Setiap strategi meramalkan kemenangan. Dengan menunggu titik kelemahan musuh sampai mudah diserang, mereka pasti menang.
  95. Jika kita menghormati kekuatan lawan dan dengan tekun mempelajari gerakannya, kita akan menang. Jika kita meremehkan lawan dan tidak memperhatikan arti gerakan-gerakannya, kita akan kalah.
  96. Ada enam kesalahan yang bisa menyebabkan kekalahan yaitu pengkhianatan, ketidakpatuhan, kesia-siaan, ketergesa-gesaan, kekacauan, dan kekurangmampuan.
  97. Kemiliteran adalah tao penyesatan. Ketika dekat, wujudkan seolah-olah jauh. Ketika jauh, wujudkan seolah-olah dekat. Demikianlah ketika ia mencari keuntungan, pancinglah ia.
  98. Seseorang yang tidak sepenuhnya mengetahui bahaya menggunakan pasukan, tidak mungkin sepenuhnya mengetahui keuntungan menggunakan pasukan.
  99. Tak satu pun dari lima elemen (air, api, kayu, logam, tanah) yang lebih dominan. Tak satu pun dari keempat musim yang abadi. Hari-hari terkadang lebih panjang, dan terkadang lebih pendek. Dan bulan kadang bersinar, kadang redup.
  100. Mengambil seluruh negara itu superior. Menghancurkannya adalah memalukan.
  101. Keunggulan tertinggi adalah kemampuan menembus pertahanan musuh tanpa harus berperang. Pejuang terhebat adalah yang mampu menekan musuh untuk menyerah tanpa perlawanan.
Sumber: Buku "101 Intisari Seni Perang Sun Tzu" karya William Tanuwidjaja

8x3=23

Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.

Pembeli berteriak: "3x8 = 23, kenapa kamu bilang 24?

"Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: "Sobat, 3x8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi".

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: "Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan".

Yan Hui: "Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?"

Pembeli kain: "Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?"

Yan Hui: "Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu".

Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius. Setelah Confusius tahu duduk persoalannya, Confusius berkata
kepada Yan Hui sambil tertawa: "3x8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia." Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain.

Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat : "Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh."

Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang.

Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti.

Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: "Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?"

Confusius berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh".

Yan Hui berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum."

Confusius bilang: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?"

Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu."

Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.

Cerita ini mengingatkan kita:

Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya.

Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting.

Banyak hal ada kadar kepentingannya. Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.

Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.

Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan atasan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan suami. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga

Kemenangan bukanlah soal medali, tapi terlebih dulu adalah kemenangan terhadap diri dan lebih penting kemenangan di dalam hati.

BE A WINNER!

Jerry Positive Thinking

Jerry is the kind of guy you love to hate. He is always in a good mood and always has something positive to say. When someone would ask him how he was doing, he would reply, "If I were any better, I would be twins!" He was a unique manager because he had several waiters who had followed him around from restaurant to restaurant.

The reason the waiters followed Jerry was because of his attitude. He was a natural motivator. If an employee was having a bad day, Jerry was there telling the employee how to look on the positive side of the situation.

Seeing this style really made me curious, so one day I went up to Jerry and asked him, I don't get it! You can't be a positive person all of the time. How do you do it?" Jerry replied, "Each morning I wake up and say to myself, Jerry, you have two choices today. You can choose to be in a good mood or you can choose to be in a bad mood.

I choose to be in a good mood. Each time something bad happens, I can choose to be a victim or I can choose to learn from it. I choose to learn from it. Every time someone comes to me complaining, I can choose to accept their complaining or I can point out the positive side of life. I choose the positive side of life.

"Yeah, right, it's not that easy," I protested. "Yes, it is," Jerry said. "Life is all about choices. When you cut away all the junk, every situation is a choice. You choose how you react to situations. You choose how people will affect your mood. You choose to be in a good mood or bad mood. The bottom line: It's your choice how you live life."

I reflected on what Jerry said. Soon thereafter, I left the restaurant industry to start my own business. We lost touch, but I often thought about him when I made a choice about life instead of reacting to it.

Several years later, I heard that Jerry did something you are never supposed to do in a restaurant business: he left the back door open one morning and was held up at gun point by three armed robbers. While trying to open the safe, his hand, shaking from nervousness, slipped off the combination. The robbers panicked and shot him. Luckily, Jerry was found relatively quickly and rushed to the local trauma center. After 18 hours of surgery and weeks of intensive care, Jerry was released from the hospital with fragments of the bullets still in his body.

I saw Jerry about six months after the accident. When I asked him how he was, he replied, "If I were any better, I'd be twins. Wanna see my scars?" I declined to see his wounds, but did ask him what had gone through his mind as the robbery took place. “The first thing that went through my mind was that I should have locked the back door," Jerry replied. "Then, as I lay on the floor, I remembered that I had two choices: I could choose to live or I could choose to die. I chose to live."
"Weren't you scared? Did you lose consciousness?" I asked. Jerry continued, "...the paramedics were great. They kept telling me I was going to be fine. But when they wheeled me into the ER and I saw the expressions on the faces of the doctors and nurses, I got really scared. In their eyes, I read 'he's a dead man.'

I knew I needed to take action." " What did you do?" I asked. "Well, there was a big burly nurse shouting questions at me," said Jerry. "She asked if I was allergic to anything. 'Yes,' I replied. The doctors and nurses stopped working as they waited for my reply. I took a deep breath and yelled, 'Bullets!' Over their laughter, I told them, 'I am choosing to live. Operate on me as if I am alive, not dead.'"

Jerry lived thanks to the skill of his doctors, but also because of his amazing attitude. I learned from him that every day we have the choice to live fully. Attitude, after all, is everything.


sumber : http://bungacerita.blogspot.com

KERJA ADALAH SEBUAH KEHORMATAN

Saat seorang pemuda sedang makan, datanglah seorang anak kecil laki-laki menjajakan kue kepadanya, “Pak mau beli kue?”
Dgn ramah pemuda yg sedang makan menjawab, “Tidak, saya sdg makan”
Anak kecil tsb tidak putus asa dgn tawaran pertama. Ia tawarkan lagi kue stlh pemuda itu selesai makan, pemuda tsb menjawab: “Tidak Dik, saya sudah kenyang”

Setelah pemuda itu membayar ke kasir & beranjak pergi dari warung kaki lima, anak kecil penjaja kue tidak menyerah dgn usahanya.

Mungkin anak kecil ini berpikir, “Saya coba lagi tawarkan kue ini kpd bapak itu, siapa tahu kue ini dijadikan oleh-oleh buat orang di rumah”

“Pak mau beli kue saya?”

Pemuda yg ditawarkan jadi risih juga untuk menolak yg ketiga kalinya, kemudian ia keluarkan uang Rp 2000,- & ia berikan sebagai sedekah tanpa menerima kuenya.

Lalu uang yg diberikan pemuda itu di ambil & diberikan kepada pengemis yg sedang meminta-minta.
Pemuda tadi jadi bingung, lho ini anak dikasih uang kok malah dikasihkan kpd orang lain,
“Kenapa kamu berikan uang tsb kpd pengemis?"

Anak kecil menjawab, “Saya sudah berjanji sama ibu di rumah, ingin menjualkan kue buatan ibu, bukan jadi pengemis, & saya akan bangga pulang ke rumah bertemu ibu kalo kue buatan ibu terjual habis."

Kemudian pemuda tadi memborong smua kue yang dijajakan lelaki kecil, bukan karna ia kasihan, bukan karna ia lapar, tapi karna prinsip yg dimiliki oleh anak kecil itu,

“KERJA ADALAH SEBUAH KEHORMATAN”

Pesan Moral,
Kerja bukanlah masalah uang semata,
namun lebih mendalam mempunyai sesuatu arti bagi hidup anda.

Sekecil apapun yg anda kerjakan,
Sejauh itu memberikan rasa bangga di dalam diri,
Maka itu akan memberikan arti besar.

Bukan masalah tinggi rendah atau besar kecilnya suatu profesi,
namun yg lebih penting adalah etos kerja,
dalam arti penghargaan terhadap apa yg anda kerjakan. ( >͡ .̮ Æ ̴͡ )

"Tangan yang lamban membuat miskin,
tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya “


fbti

Senin, 12 Maret 2012

Suara yang Paling Indah

Seorang tua yang tidak berpendidikan tengah mengunjungi sebuah kota besar untuk pertama kali dalam hidupnya. Dia dibesarkan di sebuah dusun di pegunungan yang terpencil, bekerja keras membesarkan anak-anaknya, dan kini sedang menikmati kunjungan perdananya ke rumah anak-anaknya yang modern.

Suatu hari, sewaktu dibawa berkeliling kota, orang tua itu mendengar suara yang menyakitkan telinga. Belum pernah dia mendengar suara yang begitu tidak enak didengar semacam itu di dusunnya yang sunyi. Dia bersikeras mencari sumber bunyi tersebut. Dia mengikuti sumber suara sumbang itu, dan dia tiba di sebuah ruangan di belakang sebuah rumah, dimana seorang anak kecil sedang belajar bermain biola.

"Ngiiik! Ngoook!" berasal dari nada sumbang biola tersebut.

Saat dia mengetahui dari putranya bahwa itulah yang dinamakan "biola", dia memutuskan untuk tidak akan pernah mau lagi mendengar suara yang mengerikan tersebut.

Hari berikutnya, di bagian lain kota, orang tua ini mendengar sebuah suara yang seolah membelai-belai telinga tuanya. Belum pernah dia mendengar melodi seindah itu di lembah gunungnya, dia pun mencoba mencari sumber suara tersebut. Ketika sampai kesumbernya, dia tiba diruangan depan sebuah rumah, dimana seorang perempuan tua, seorang maestro, sedang memainkan sonata dengan biolanya.

Seketika, si orang tua ini menyadari kekeliruannya. Suara tidak mengenakkan yang didengarnya kemarin bukanlah kesalahan dari biola, bukan pula salah sang anak. Itu hanyalah proses belajar seorang anak yang belum bisa memainkan biolanya dengan baik.

Hari ketiga, dibagian lain kota, si orang tua mendengar suara lain yang bahkan melebihi kemerduan dan kejernihan suara sang maestro biola. Menurut Anda, suara apakah itu?

Itu suara sebuah orkestra besar yang memainkan sebuah simfoni.

"Inilah suara terindah yang pernah kudengar", katanya.

Bagi si orang tua, alasan mengapa itulah suara terindah di dunia adalah, pertama, setiap anggota orkestra merupakan maestro alat musiknya masing-masing; dan kedua, mereka telah belajar lebih jauh lagi untuk bisa bermain bersama-sama dalam harmoni.


dikutip dari buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya


Pensil

Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.
"Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? Atau tentang aku?"

Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,
"Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti", ujar si nenek lagi.

Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.
"Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya", Ujar si cucu.

Si nenek kemudian menjawab,
"Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini", Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.

"Kualitas pertama, pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya".

"Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik".

"Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar".

"Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu".

"Kualitas kelima, sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan".

-nn-

Senin, 05 Maret 2012

Elang dan Kalkun

Konon di satu saat yang telah lama berlalu, Elang dan Kalkun adalah burung yang menjadi teman yang baik. Dimanapun mereka berada, kedua teman selalu pergi bersama-sama. Tidak aneh bagi manusia untuk melihat Elang dan Kalkun terbang bersebelahan melintasi udara bebas.

Satu hari ketika mereka terbang, Kalkun berbicara pada Elang, “Mari kita turun dan mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Perut saya sudah keroncongan nih!”. Elang membalas, “Kedengarannya ide yang bagus”.

Jadi kedua burung melayang turun ke bumi, melihat beberapa binatang lain sedang makan dan memutuskan bergabung dengan mereka. Mereka mendarat dekat dengan seekor Sapi. Sapi ini tengah sibuk makan jagung,namun sewaktu memperhatikan bahwa ada Elang dan Kalkun sedang berdiri dekat dengannya, Sapi berkata, “Selamat datang, silakan cicipi jagung manis ini”.

Ajakan ini membuat kedua burung ini terkejut. Mereka tidak biasa jika ada binatang lain berbagi soal makanan mereka dengan mudahnya. Elang bertanya, “Mengapa kamu bersedia membagikan jagung milikmu bagi kami?”. Sapi menjawab, “Oh, kami punya banyak makanan disini. Tuan Petani memberikan bagi kami apapun yang kami inginkan”. Dengan undangan itu, Elang dan Kalkun menjadi terkejut dan menelan ludah. Sebelum selesai, Kalkun menanyakan lebih jauh tentang Tuan Petani.

Sapi menjawab, “Yah, dia menumbuhkan sendiri semua makanan kami. Kami sama sekali tidak perlu bekerja untuk makanan”. Kalkun tambah bingung, “Maksud kamu, Tuan Petani itu memberikan padamu semua yang ingin kamu makan?”. Sapi menjawab, “Tepat sekali!. Tidak hanya itu, dia juga memberikan pada kami tempat untuk tinggal.” Elang dan Kalkun menjadi syok berat!. Mereka belum pernah mendengar hal seperti ini. Mereka selalu harus mencari makanan dan bekerja untuk mencari naungan.

Ketika datang waktunya untuk meninggalkan tempat itu, Kalkun dan Elang mulai berdiskusi lagi tentang situasi ini. Kalkun berkata pada Elang, “Mungkin kita harus tinggal di sini. Kita bisa mendapatkan semua makanan yang kita inginkan tanpa perlu bekerja. Dan gudang yang disana cocok dijadikan sarang seperti yang telah pernah bangun. Disamping itu saya telah lelah bila harus selalu bekerja untuk dapat hidup.”

Elang juga goyah dengan pengalaman ini, “Saya tidak tahu tentang semua ini. Kedengarannya terlalu baik untuk diterima. Saya menemukan semua ini sulit untuk dipercaya bahwa ada pihak yang mendapat sesuatu tanpa mbalan. Disamping itu saya lebih suka terbang tinggi dan bebas mengarungi langit luas. Dan bekerja untuk menyediakan makanan dan tempat bernaung tidaklah terlalu buruk. Pada kenyataannya, saya menemukan hal itu sebagai tantangan menarik”.

Akhirnya, Kalkun memikirkan semuanya dan memutuskan untuk menetap dimana ada makanan gratis dan juga naungan. Namun Elang memutuskan bahwa ia amat mencintai kemerdekaannya dibanding menyerahkannya begitu saja. Ia menikmati tantangan rutin yang membuatnya hidup. Jadi setelah mengucapkan selamat berpisah untuk teman lamanya Si Kalkun, Elang menetapkan penerbangan untuk petualangan baru yang ia tidak ketahui bagaimana ke depannya.

Semuanya berjalan baik bagi Si Kalkun. Dia makan semua yang ia inginkan. Dia tidak pernah bekerja. Dia bertumbuh menjadi burung gemuk dan malas. Namun suatu hari dia mendengar istri Tuan Petani menyebutkan bahwa Hari raya Thanks giving akan datang beberapa hari lagi dan alangkah indahnya jika ada hidangan Kalkun panggang untuk makan malam. Mendengar hal itu, Si Kalkun memutuskan sudah waktunya untuk pergi dari pertanian itu dan bergabung kembali dengan teman baiknya, si Elang.

Namun ketika dia berusaha untuk terbang, dia menemukan bahwa ia telah tumbuh terlalu gemuk dan malas. Bukannya dapat terbang, dia justru hanya bisa mengepak-ngepakkan sayapnya. Akhirnya di Hari Thanks giving keluarga Tuan Petani duduk bersama menghadapi panggang daging Kalkun besar yang sedap.

Ketika anda menyerah pada tantangan hidup dalam pencarian keamanan, anda mungkin sedang menyerahkan kemerdekaan anda…Dan Anda akan menyesalinya setelah segalanya berlalu dan tidak ada KESEMPATAN lagi…

Seperti pepatah kuno “selalu ada keju gratis dalam perangkap tikus”.

http://www.emotivasi.com


Sabtu, 03 Maret 2012

Stay Hungry, Stay Foolish

'You've got to find what you love,' Jobs says

This is a prepared text of the Commencement address delivered by Steve Jobs, CEO of Apple Computer and of Pixar Animation Studios, on June 12, 2005.

I am honored to be with you today at your commencement from one of the finest universities in the world. I never graduated from college. Truth be told, this is the closest I've ever gotten to a college graduation. Today I want to tell you three stories from my life. That's it. No big deal. Just three stories.

The first story is about connecting the dots.

I dropped out of Reed College after the first 6 months, but then stayed around as a drop-in for another 18 months or so before I really quit. So why did I drop out?

It started before I was born. My biological mother was a young, unwed college graduate student, and she decided to put me up for adoption. She felt very strongly that I should be adopted by college graduates, so everything was all set for me to be adopted at birth by a lawyer and his wife. Except that when I popped out they decided at the last minute that they really wanted a girl. So my parents, who were on a waiting list, got a call in the middle of the night asking: "We have an unexpected baby boy; do you want him?" They said: "Of course." My biological mother later found out that my mother had never graduated from college and that my father had never graduated from high school. She refused to sign the final adoption papers. She only relented a few months later when my parents promised that I would someday go to college.

And 17 years later I did go to college. But I naively chose a college that was almost as expensive as Stanford, and all of my working-class parents' savings were being spent on my college tuition. After six months, I couldn't see the value in it. I had no idea what I wanted to do with my life and no idea how college was going to help me figure it out. And here I was spending all of the money my parents had saved their entire life. So I decided to drop out and trust that it would all work out OK. It was pretty scary at the time, but looking back it was one of the best decisions I ever made. The minute I dropped out I could stop taking the required classes that didn't interest me, and begin dropping in on the ones that looked interesting.

It wasn't all romantic. I didn't have a dorm room, so I slept on the floor in friends' rooms, I returned coke bottles for the 5¢ deposits to buy food with, and I would walk the 7 miles across town every Sunday night to get one good meal a week at the Hare Krishna temple. I loved it. And much of what I stumbled into by following my curiosity and intuition turned out to be priceless later on. Let me give you one example:

Reed College at that time offered perhaps the best calligraphy instruction in the country. Throughout the campus every poster, every label on every drawer, was beautifully hand calligraphed. Because I had dropped out and didn't have to take the normal classes, I decided to take a calligraphy class to learn how to do this. I learned about serif and san serif typefaces, about varying the amount of space between different letter combinations, about what makes great typography great. It was beautiful, historical, artistically subtle in a way that science can't capture, and I found it fascinating.

None of this had even a hope of any practical application in my life. But ten years later, when we were designing the first Macintosh computer, it all came back to me. And we designed it all into the Mac. It was the first computer with beautiful typography. If I had never dropped in on that single course in college, the Mac would have never had multiple typefaces or proportionally spaced fonts. And since Windows just copied the Mac, it's likely that no personal computer would have them. If I had never dropped out, I would have never dropped in on this calligraphy class, and personal computers might not have the wonderful typography that they do. Of course it was impossible to connect the dots looking forward when I was in college. But it was very, very clear looking backwards ten years later.

Again, you can't connect the dots looking forward; you can only connect them looking backwards. So you have to trust that the dots will somehow connect in your future. You have to trust in something — your gut, destiny, life, karma, whatever. This approach has never let me down, and it has made all the difference in my life.

My second story is about love and loss.

I was lucky — I found what I loved to do early in life. Woz and I started Apple in my parents garage when I was 20. We worked hard, and in 10 years Apple had grown from just the two of us in a garage into a $2 billion company with over 4000 employees. We had just released our finest creation — the Macintosh — a year earlier, and I had just turned 30. And then I got fired. How can you get fired from a company you started? Well, as Apple grew we hired someone who I thought was very talented to run the company with me, and for the first year or so things went well. But then our visions of the future began to diverge and eventually we had a falling out. When we did, our Board of Directors sided with him. So at 30 I was out. And very publicly out. What had been the focus of my entire adult life was gone, and it was devastating.

I really didn't know what to do for a few months. I felt that I had let the previous generation of entrepreneurs down - that I had dropped the baton as it was being passed to me. I met with David Packard and Bob Noyce and tried to apologize for screwing up so badly. I was a very public failure, and I even thought about running away from the valley. But something slowly began to dawn on me — I still loved what I did. The turn of events at Apple had not changed that one bit. I had been rejected, but I was still in love. And so I decided to start over.

I didn't see it then, but it turned out that getting fired from Apple was the best thing that could have ever happened to me. The heaviness of being successful was replaced by the lightness of being a beginner again, less sure about everything. It freed me to enter one of the most creative periods of my life.

During the next five years, I started a company named NeXT, another company named Pixar, and fell in love with an amazing woman who would become my wife. Pixar went on to create the worlds first computer animated feature film, Toy Story, and is now the most successful animation studio in the world. In a remarkable turn of events, Apple bought NeXT, I returned to Apple, and the technology we developed at NeXT is at the heart of Apple's current renaissance. And Laurene and I have a wonderful family together.

I'm pretty sure none of this would have happened if I hadn't been fired from Apple. It was awful tasting medicine, but I guess the patient needed it. Sometimes life hits you in the head with a brick. Don't lose faith. I'm convinced that the only thing that kept me going was that I loved what I did. You've got to find what you love. And that is as true for your work as it is for your lovers. Your work is going to fill a large part of your life, and the only way to be truly satisfied is to do what you believe is great work. And the only way to do great work is to love what you do. If you haven't found it yet, keep looking. Don't settle. As with all matters of the heart, you'll know when you find it. And, like any great relationship, it just gets better and better as the years roll on. So keep looking until you find it. Don't settle.

My third story is about death.

When I was 17, I read a quote that went something like: "If you live each day as if it was your last, someday you'll most certainly be right." It made an impression on me, and since then, for the past 33 years, I have looked in the mirror every morning and asked myself: "If today were the last day of my life, would I want to do what I am about to do today?" And whenever the answer has been "No" for too many days in a row, I know I need to change something.

Remembering that I'll be dead soon is the most important tool I've ever encountered to help me make the big choices in life. Because almost everything — all external expectations, all pride, all fear of embarrassment or failure - these things just fall away in the face of death, leaving only what is truly important. Remembering that you are going to die is the best way I know to avoid the trap of thinking you have something to lose. You are already naked. There is no reason not to follow your heart.

About a year ago I was diagnosed with cancer. I had a scan at 7:30 in the morning, and it clearly showed a tumor on my pancreas. I didn't even know what a pancreas was. The doctors told me this was almost certainly a type of cancer that is incurable, and that I should expect to live no longer than three to six months. My doctor advised me to go home and get my affairs in order, which is doctor's code for prepare to die. It means to try to tell your kids everything you thought you'd have the next 10 years to tell them in just a few months. It means to make sure everything is buttoned up so that it will be as easy as possible for your family. It means to say your goodbyes.

I lived with that diagnosis all day. Later that evening I had a biopsy, where they stuck an endoscope down my throat, through my stomach and into my intestines, put a needle into my pancreas and got a few cells from the tumor. I was sedated, but my wife, who was there, told me that when they viewed the cells under a microscope the doctors started crying because it turned out to be a very rare form of pancreatic cancer that is curable with surgery. I had the surgery and I'm fine now.

This was the closest I've been to facing death, and I hope it's the closest I get for a few more decades. Having lived through it, I can now say this to you with a bit more certainty than when death was a useful but purely intellectual concept:

No one wants to die. Even people who want to go to heaven don't want to die to get there. And yet death is the destination we all share. No one has ever escaped it. And that is as it should be, because Death is very likely the single best invention of Life. It is Life's change agent. It clears out the old to make way for the new. Right now the new is you, but someday not too long from now, you will gradually become the old and be cleared away. Sorry to be so dramatic, but it is quite true.

Your time is limited, so don't waste it living someone else's life. Don't be trapped by dogma — which is living with the results of other people's thinking. Don't let the noise of others' opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary.

When I was young, there was an amazing publication called The Whole Earth Catalog, which was one of the bibles of my generation. It was created by a fellow named Stewart Brand not far from here in Menlo Park, and he brought it to life with his poetic touch. This was in the late 1960's, before personal computers and desktop publishing, so it was all made with typewriters, scissors, and polaroid cameras. It was sort of like Google in paperback form, 35 years before Google came along: it was idealistic, and overflowing with neat tools and great notions.

Stewart and his team put out several issues of The Whole Earth Catalog, and then when it had run its course, they put out a final issue. It was the mid-1970s, and I was your age. On the back cover of their final issue was a photograph of an early morning country road, the kind you might find yourself hitchhiking on if you were so adventurous. Beneath it were the words: "Stay Hungry. Stay Foolish." It was their farewell message as they signed off. Stay Hungry. Stay Foolish. And I have always wished that for myself. And now, as you graduate to begin anew, I wish that for you.

Stay Hungry. Stay Foolish.

Thank you all very much.


http://news.stanford.edu

SOICHIRO HONDA : “Lihat Kegagalan Saya”

Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda selalu terbentur pada Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merk kendaran ini menyesaki padatnya lalu lintas, sehingga layak dijuluki “raja jalanan”.

Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri “kerajaan” Honda – Soichiro Honda – diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor seperti halnya B.J. Habibie, mantan Presiden RI. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru. “Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda,” tutur tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever.

Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun ia trus bermimpi dan bermimpi…

Kecintaannya kepada mesin, mungkin ‘warisan’ dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya.

Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya ingin menyaksikan pesawat terbang.

Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya rendah diri.

Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya.

Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama.

Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel.

Kuliah

Karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah – pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah.

“Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya,” ujar Honda, yang gandrung balap mobil. Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.

Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali.

Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.

Akhirnya, tahun 1947,setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapatmenjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, “sepeda motor” – cikal bakal lahirnya mobil Honda – itu diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobinya, menjadi “raja” jalanan dunia, termasuk Indonesia.

Soichiro Honda mengatakan, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. “Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya”, tuturnya. Ia memberikan petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru dan berusahalah untuk merubah mimpi itu menjadi kenyataan.

Kisah Honda ini, adalah contoh bahwa Suskes itu bisa diraih seseorangdengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari keluarga miskin. Jadi buat apa kita putus asa bersusah hati merenungi nasib dan kegagalan. Tetaplah tegar dan teruslah berusaha, lihatlah Honda sang “Raja” jalanan.

Kami keluarga besar motor Honda percaya tahun 2005 adalah tahun milk Anda. Teruslah berkarya dan berusaha . Kami turut berdoa, semoga tahun 2005 adalah tahun keberhasilan bagi Anda dan kita semua. Amiiin…

5 Resep keberhasilan Honda :

1. Selalulah berambisi dan berjiwa muda.

2. Hargailah teori yang sehat, temukan gagasan baru, khususkan waktu memperbaiki produksi.

3. Senangilah pekerjaan Anda dan usahakan buat kondisi kerja Anda senyaman mungkin.

4. Carilah irama kerja yang lancar dan harmonis.

5. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja sama.

http://www.emotivasi.com


Rabu, 29 Februari 2012

KISS ( Keep It Stupid and Simple)

Dalam kehidupan sehari-hari, kita hendaknya mencari cara terbaik untuk memecahkan setiap masalah yang terjadi. Tetapi, saat menghadapi suatu masalah seringkali kita terkecoh, sehingga walaupun masalah tersebut terpecahkan, tetapi pemecahan yang ada bukanlah suatu pemecahan yang efisien dan justru malah terlalu rumit.

Mari kita coba lihat dalam kasus di bawah ini :

1. Kasus kotak sabun yang kosong terjadi di salah satu perusahaan kosmetik yang terbesar di Jepang. Perusahaan tersebut menerima keluhan dari pelanggan yang mengatakan bahwa ia telah membeli kotak sabun yang kosong. Dengan segera para pimpinan perusahaan menceritakan masalah tersebut ke bagian pengepakan yang bertugas untuk memindahkan semua kotak sabun yang telah dipak ke departemen pengiriman. Tim manajemen meminta para teknisi untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan segera, para teknisi bekerja keras untuk membuat sebuah mesin sinar X dengan monitor resolusi tinggi yang dioperasikan oleh dua orang untuk melihat semua kotak sabun yang melewati sinar tersebut dan memastikan bahwa kotak tersebut tidak kosong.

Tak diragukan lagi, mereka bekerja keras dan cepat tetapi biaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit. Tetapi saat ada seorang karyawan di sebuah perusahaan kecil dihadapkan pada permasalahan yang sama, ia tidak berpikir tentang hal-hal yang rumit, tetapi ia muncul dengan solusi yang berbeda.

Ia membeli sebuah kipas angin listrik untuk industri yang memiliki tenaga cukup besar dan mengarahkannya ke garis pengepakan. Ia menyalakan kipas angin tersebut, dan setiap ada kotak sabun yang melewati kipas angin tersebut, kipas tersebut meniup kotak sabun yang kosong keluar dari jalur pengepakan.

2. Pada saat NASA mulai mengirimkan astronot ke luar angkasa, mereka menemukan bahwa pulpen mereka tidak bisa ber fungsi di gravitasi nol, karena tinta pulpen tersebut tidak dapat mengalir ke mata pena. Untuk memecahkan masalah tersebut, mereka menghabiskan waktu satu decade dan 12 juta dolar. Mereka mengembang kan sebuah pulpen yang dapat berfungsi pada keadaan-keadaan seperti gravitasi nol, terbalik, dalam air, dalam berbagai permukaan termasuk kristal dan dalam derajat temperatur mulai dari di bawah titik beku sampai lebih dari 300 derajat Celcius. Dan apakah yang dilakukan para orang Rusia? Mereka menggunakan pensil!

3. Suatu hari, seorang pemilik apartemen menerima komplain dari pelanggannya . Para pelanggan mulai merasa waktu tunggu mereka di pintu lift terasa lama seiring bertambahnya penghuni di apartemen itu. Sang pemilik apartemen mengundang sejumlah pakar untuk memecahkan masalah tersebut. Seorang pakar menyarankan agar menambah jumlah lift. Pakar kedua meminta pemilik untuk mengganti lift yang lebih cepat, dengan asumsi, semakin cepat orang terlayani. Kedua saran tadi tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Tetapi, pakar ketiga hanya menyarankan satu hal, bahwa inti dari komplain pelanggan anda adalah mereka merasa lama menunggu. Pakar tadi hanya menyarankan kepada sang pemilik apartemen untuk menginvestasikan kaca cermin di depan lift, supaya para pelanggan teralih kan perhatiannya dari pekerjaan ‘menunggu’dan merasa’tidak menunggu lift’. It works !

Filosofi KISS ( Keep It Simple Stupid ), yaitu selalu mencari solusi yang sederhana, sehingga bahkan orang bodoh sekalipun dapat melakukannya. Cobalah menyusun solusi yang paling sederhana dan memungkinkan untuk memecahkan masalah yang ada. Maka dari itu, kita harus belajar untuk fokus pada solusi daripada pada berfokus pada masalah.

http://www.emotivasi.com


Penari Hujan

Di sebuah Desa di Afrika, ada sebuah suku yang terkenal sekali sebagai pawang hujan, bisa mendatangkan hujan. Suku pedalaman ini terkenal akurat sekali dan tingkat keberhasilannya mendatangkan hujan tinggi sekali, bisa 90% atau mencapai hampir 100% keberhasilannya. Suku-suku lain atau bahkan bangsa lain menjadi penasaran dengan hal ini. Akhirnya mereka pun mendatangi kediaman suku Massai dan menemui kepala sukunya untuk belajar… Mereka bertanya bagaimana resep keberhasilan suku Massai

“Wahai kepala suku Massai yang terhormat. Kami jauh-jauh datang kemari ingin belajar mantra-mantra dan tarian-tarian suku Massai yang terkenal ini bagaimana bisa mendatangkan hujan. Kami sudah lama mendengarkan tingkat keberhasilan yang tinggi sekali dalam mendatangkan hujan,” tanya salah seorang perwakilan suku lain.

“Oo..kalau begitu pertanyaannya. Semua orang sebetulnya bisa seperti kami. Resepnya adalah : Kami TERUS MENERUS menari dan menyanyi sampai hujan datang,” Jelas kepala suku Massai.

“Bagaimana kalau hujan masih tidak turun-turun juga?”tanya salah seorang pendatang yang lain lagi.

“Kami tidak akan berhenti, kami akan terus menari dan menyanyi dengan penuh keyakinan bahwa hujan pasti akan turun. Kami hanya akan berhenti ketika hujan mulai turun. Jadi resepnya adalah Lakukan terus saja,”kata kepala Suku Massai dengan singkat.

Nah, inilah resep Sukses Suku Massai dalam mendatangkan hujan. Mereka berusaha terus, berdoa dengan penuh keyakinan.

Banyak orang belum atau tidak berhasil, karena mereka berhenti sebelum waktu. Padahal kalo mereka mau terus berusaha dan terus belajar dari kegagalan mereka, berdoa dengan penuh keyakinan, maka dipastikan sukses itu akan datang juga.

Seorang ayah yang melihat anaknya yang baru lulus kuliah saja, yang sedang mencari kerja ke sana ke mari, pasti akan membantu anaknya juga supaya mendapatkan lowongan pekerjaan. Begitu pula dengan Tuhan. Tuhan jauh lebih kuasa dari itu. Tuhan pasti akan membantu umatnya yang mau terus berusaha dan belajar, berdoa penuh keyakinan. Suatu hari sukses PASTI akan menjadi milik Anda orang-orang yang terus berusaha, belajar dan berdoa….


http://www.emotivasi.com

kelinci

Seekor kelinci sedang duduk santai di tepi pantai, Tiba tiba datang se-ekor rubah jantan besar yang hendak memangsanya, Lalu kelinci itu berkata:

“Kalau memang kamu berani, hayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci, Yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang.”

Sang Rubah jantan merasa tertantang,

“Dimanapun jadi, Masa sih kelinci bisa menang melawan aku?”

Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci, Sepuluh menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggenggam Setangkai paha rubah dan melahapnya dengan nikmat.

Sang Kelinci kembali bersantai, Sambil memakai kaca mata hitam dan topi pantai Tiba tiba datang se-ekor serigala besar yang hendak memangsanya, Lalu kelinci berkata :

“Kalau memang kamu berani, hayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci, Yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang.”

Sang serigala merasa tertantang,

“Dimanapun jadi, Masa sih kelinci bisa menang melawan aku?”

Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci, Lima belas menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggenggam Setangkai paha serigala dan melahapnya dengan nikmat.

Sang kelinci kembali bersantai, Sambil memasang payung pantai dan merebahkan diri diatas pasir, Tiba tiba datang seekor beruang besar yang hendak memangsanya, Lalu kelinci berkata:

“Kalau memang kamu berani, hayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci, Yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang.”

Sang Beruang merasa tertantang,

“Dimanapun jadi, Masa sih kelinci bisa menang melawan aku?”

Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci, Tiga puluh menit kemudian sang kelinci keluar
sambil menggenggam Setangkai paha Beruang dan melahapnya dengan nikmat.

Pohon kelapa melambai lambai, Lembayung senja sudah tiba, habis sudah waktu bersantai, Sang Kelinci melongok kedalam lubang kelinci, sambil melambai

“Hai, keluar, sudah sore, besok kita teruskan!!”

Keluarlah se-ekor harimau dari lubang itu, sangat besar badannya. Sambil menguap Harimau berkata

“Kerjasama kita sukses hari ini, kita makan kenyang Dan saya tidak perlu berlari mengejar kencang.”

The Winner selalu berfikir mengenai kerja sama, sementara
The Looser selalu berfikir bagaimana menjadi tokoh yang paling berjaya.

Untuk membentuk ikatan persahabatan dan persaudaraan harus ada kerendahan hati dan keikhlasan bekerja sama:

“MESKIPUN DENGAN SESEORANG YANG KELIHATANNYA TIDAK LEBIH BAIK DARI KITA”

http://www.emotivasi.com


Wortel, Telur, & Kopi

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.

Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.

Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.

Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”

Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.

“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”

“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”

“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”

“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”

“Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan raksasa itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri”


Sumber : dudung.net