Rabu, 18 Juli 2012

Jangan Frustrasi dan Menyerah!

Dalam sebuah pertandingan kejuaraan di tahun 70an, Rudy Hartono maestro bulu tangkis Indonesia saat itu berhadapan dengan pemain hebat asal Malaysia, Punch Gunalan. Ketika itu Punch memimpin dengan telak. Rudy ketinggalan angka 1-14. Satu angka lagi, Punch akan menjadi juara. Secara logika tentu kemenangan hanya tinggal menunggu waktu saja. Tapi apa yang terjadi? Rudy Hartono tidak menyerah sama sekali. Secara luar biasa dia membalikkan keadaan. Angka demi angka diraih untuk menyusul Punch hingga akhirnya keluar sebagai pemenang. Dalam sebuah acara TV beberapa puluh tahun berikutnya, Rudy menceritakan apa yang terjadi saat itu. Demikian kira-kira katanya: "kalau saat itu saya menyerah dan berpikir "yah mati deh.... saya pasti bisa benar-benar mati dan kalah" katanya. Rudy saat itu berpikir positif. Nothing to lose. "Kalaupun kalah tidak masalah, karena saya sudah benar-benar berusaha" katanya. Sikap positif ini membuat Rudy memandang ketinggalan angka dalam posisi kritis itu menjadi sebuah peluang untuk meraih kemenangan. Tekanan secara perlahan berpindah kepada Punch, dan Rudy pun memenangkan pertandingan. Bayangkan jika Rudy saat itu mudah menyerah, mendasarkan hanya pada logika dan hilang semangat ketika dalam posisi kritis, hasil akhirnya tentu akan berbeda.

Tuhan tidak pernah menginginkan kita untuk menyerah. Kita tahu bahwa ada pengharapan tanpa batas dalam Kristus. Amsal menuliskan "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana." (Amsal 24:16). Sebagai anak-anak Tuhan yang punya pengharapan, tidak seharusnya kita mudah jatuh, frustrasi, menyerah dan kemudian kalah. Orang benar boleh jatuh berkali-kali, tapi tetap bangkit, dan kemudian menjadi pemenang, bahkan lebih dari pemenang. "Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan. Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:36-37). Tentu saja ada rasa sakit ketika kita terus menerus bertemu dengan kegagalan. Tapi jangan jadikan itu sebagai sesuatu yang traumatis kemudian membuat kita sulit bangkit karena terus terbelenggu dengan masa lalu. Jadikan kegagalan itu sebagai sebuah pelajaran berharga, dan jadikanlah sebuah titik tolak untuk bangkit.

Rasul Paulus pernah berkata demikian: "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa." (2 Korintus 4:8-9). Sebuah perkataan yang menunjukkan sebuah mental baja yang tidak mudah menyerah. Kita tahu bagaimana beratnya pergumulan Paulus setelah ia bertobat. Di lempar batu, menghadapi badai besar dalam salah satu pelayarannya ketika melayani, dipenjara, dianiaya dan lain-lain. Bagaimana Paulus bisa mencapai pola pikir seperti itu? Demikian katanya: "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami." (ay 10). Yang dimaksud Paulus dalam ayat 10 ini dia jelaskan pada ayat 17. "Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami." (ay 17). Segala penderitaan yang dialami Paulus dan rekan-rekan sepelayanan belumlah sebanding dengan penderitaan yang dialami Yesus dalam menebus dosa-dosa manusia. Dan penderitaan itu semua masih terbilang ringan jika dibandingkan dengan kemuliaan kekal, sebuah kebahagiaan yang luar biasa dan abadi sifatnya, yang dijanjikan Tuhan. Dengan dasar demikian, Paulus dan rekan-rekan tidak merasa tawar hati bahkan menghadapi maut sekalipun. "Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari." (ay 16).

Penderitaan boleh datang, kegagalan boleh hadir dalam hidup kita, tapi semua itu bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah awal untuk belajar melangkah dalam proses perjalanan hidup kita untuk mencapai kesuksesan. Dalam Filipi, Paulus mengungkapkan sebuah tips penting menjalani kehidupan: "aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14). Yesus pun mengingatkan dengan tegas bahwa kita tidak boleh terus terikat dengan segala kegagalan di masa lalu. "Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." (Lukas 9:62). Jangan menyesali kegagalan dan masa lalu anda secara berlebihan, apalagi jika itu mendatangkan frustrasi hingga kemudian menyerah. Jadikan semua itu sebagai titik awal sebuah proses belajar menuju keberhasilan, dan jadikan semua itu sebagai pelajaran untuk bersandar kepada Tuhan. Mulailah mengandalkan Tuhan dalam segala segi kehidupan kita. Ketika anda masih terjatuh saat ini, jangan patah semangat, karena Tuhan punya rencana luar biasa dalam hidup anda. Bangkitlah!

Belajarlah dari kegagalan dan jadikan itu sebagai awal kesuksesan

Jumat, 18 Mei 2012

Singkirkan Kuatirmu Dan Berdoalah

Filipi 4:6-7 “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”
Mengapa kita harus berdoa?
Ada banyak hal yang bisa saya katakan sebagai tanggapan dari pertanyaan ini, tetapi ini adalah salah satu alasan penting mengapa kita harus berdoa.
Doa adalah cara di mana Allah membantu kita untuk mengatasi kecemasan dan kekhawatiran kita.
Kita semua tahu bahwa hidup ini penuh masalah. Kita semua bergumul dengan kekhawatiran tentang kesehatan kita, keselamatan diri kita, keluarga kita, keuangan, dll. Dalam kenyataan ini, apa yang harus kita lakukan? Jawabannya adalah, Berdoa!
Sering dikatakan, “Jika lutut Anda gemetar, berlututlah! Jadi, waktu berikutnya. Anda tiba-tiba dicengkeram oleh rasa khawatir, Anda dapat mengubahnya menjadi doa.”
Rasul Paulus mengingatkan kita, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala
akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:6-7)
Perhatikan bahwa Paulus tidak mengatakan, “Berdoalah tentang segala hal… Jika Anda melakukan ini, masalah Anda akan hilang.”
Sebaliknya, dia mengatakan, “Jika Anda melakukan ini, Anda akan mengalami damai sejahtera Allah, yang jauh lebih indah daripada yang dapat dimengerti oleh pikiran manusia.”
Namun  ini tidak berarti bahwa Allah tidak dapat atau tidak akan menghapus masalah-masalah Anda, karena kadang-kadang Dia akan langsung melakukannya. Namun seringkali, Dia akan memberikan kita kekuatan-Nya dan kedamaian di tengah-tengah masalah.
Dengan kata lain, kita mampu meletakkan segala sesuatu ke dalam perspektif yang tepat.
Jika Anda memiliki “Tuhan yang besar”, dalam arti bahwa Anda melihat Tuhan sebagaimana benar-benar Dia sebagai Tuhan, maka Anda akan memiliki “masalah-masalah kecil”.
Sederhananya, jika Anda melihat masalah-masalah Anda besar, maka Anda melihat Tuhan Anda kecil.Jika Anda melihat Tuhan yang besar, maka Anda akan melihat masalah-masalah Anda adalah kecil.
Salah satu hal yang disampaikan berulang kali oleh Tuhan adalah pesan jangan khawatir dan serahkanlah segala kekhawatiran Anda pada Tuhan.

Alkitab - Utusan Tuhan


Alkitab yang Diberikan Utusan Tuhan
Ketika Yun berusia 16 tahun, ayahnya sakit keras dan dokter berkata bahwa sudah tidak ada harapan lagi. Suatu malam, Ibu Yun mendengar suara Tuhan yang lembut berkata "Yesus mengasihimu". Ia segera bangun dari tempat tidurnya dan berdoa, meminta ampun karena dia telah meninggalkan Tuhan di masa-masa sulit. Sekali lagi ia bertobat dan mengakui dosa-dosanya dan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Keesokan harinya secara ajaib ayah Yun sembuh dari sakitnya, Yun tahu hal ini dan ia menerima Yesus serta memutuskan untuk melayani Tuhan.
Kerinduan Yun begitu besar untuk melihat Alkitab, ia berusaha mencari dikalangan orang-orang yang sudah percaya Tuhan. Dalam pencariannya ia bertemu dengan penginjil dan ia disarankan untuk berdoa dan berpuasa. Dua bulan Yun berdoa dan berpuasa tapi ia belum memperoleh Alkitab, kemudian ia kembali menemui penginjil itu lagi. Penginjil itu berkata, "Bila engkau meminta Alkitab kepada Allah, janganlah hanya berlutut dan berdoa. Engkau juga harus menangis dengan sungguh-sungguh di hadapan Allah. Semakin engkau sungguh-sungguh, semakin cepat engkau mendapat Alkitabmu." Yun mengikuti saran penginjil itu, beberapa bulan berlalu kemudian Yun bermimpi bertemu dengan seorang pria tua yang bertanya apakah ia mempunyai makanan untuk dimakan. Yun mengatakan tidak dan ia melihat pria tua itu memegang sepotong kue berisi kismis. Ketika Yun mengulurkan tangan menerima kue itu, kuenya berubah menjadi sebuah Alkitab. Yun jatuh tersungkur dan berlutut, sambil menangis ia berseru, "Terpujilah Nama Tuhan! Tuhan telah mendengar doaku, dan ia memberiku sebuah Alkitab." Kemudian Yun terjaga, ayah dan ibunya juga terbangun karena tangisannya. Mendengar cerita Yun, orang tua Yun menganggap anaknya sudah gila. Pada waktu bersamaan pintu rumah Yun dibuka oleh 2 orang asing yang tidak pernah dikenal oleh Yun dan kemudian mereka memberikan sebuah Alkitab! Sejak saat itu Yun setiap hari menghapalkan satu pasal (bukan satu ayat!) bagian Alkitab dan pada saat membaca Kisah Para Rasul, Yun mendapat sebuah Visi (penglihatan). Tuhan bicara 3 kali kepada Yun supaya ia memberitakan Injil. Tuhan pun mengatakan tempat tertentu dimana Yun harus melayaniNya. Hal ini terjadi beberapa tahun sebelum masa aniaya yang dialami oleh Yun.
Betapa Banyak Penderitaan yang Ia tanggung oleh karena Nama Tuhan (Kisah Para rasul 9:16)
Tahun 1984, Yun bersama rekannya Ming datang di kota Heping yang terletak diperbatasan antara Provinsi Henan dan Hubei. Mereka berencana untuk mengunjungi saudara-saudari seiman yang ada di sana, tapi karena tekanan dari pemerintah dan banyaknya patroli dari Biro Keamanan Rakyat/Polisi (BKR) tidak ada satu pun jemaat di sana berani menampung mereka. Akhirnya mereka pergi ke kabupaten "A" di Provinsi Henan, situasi di kabupaten ini juga sangat tegang. Sepanjang jalan dan di desa-desa banyak poster yang menentang Allah dan daftar nama orang-orang yang diinginkan pemerintah untuk ditangkap. Namun demikian jemaat di sini sungguh mengasihi Tuhan dan hamba-hamba Allah, mereka berani menanggung risiko dengan menerima saudara seiman yang dicari oleh BKR. Yun berumur kurang lebih 25 tahun dan ia dipenuhi kuasa Roh Kudus dan sering berkotbah di pertemuan-pertemuan jemaat. Pertemuan-pertemuan ini sangat dirahasiakan dan dilakukan di tempat-tempat yang terpencil agar tidak diketahui oleh BKR. Suatu malam setelah pertemuan Yun tertangkap oleh BKR dan ia berpura-pura gila dan mengaku bahwa dia adalah orang kudus agar teman-temannya selamat dan tidak dilibatkan. Kemudian ia dibawa ke kantor polisi untuk diperiksa. Pagi berikutnya Yun dibawa ke halaman stasiun polisi, cuaca pada waktu itu sangat dingin, salju tebal menutupi tanah. Polisi itu memerintahkan Yun untuk berlutut dihadapannya, tapi Yun menolak karena ia adalah orang kudus yang hanya menyembah Allah. Kemudian Polisi itu menyalakan pentungan listriknya dan sambil tersenyum sinis berkata, "Jika engkau orang kudus, maka engkau tidak akan takut terhadap pentungan listrik ini. Ayo letakanlah tanganmu pada pentungan listrik ini."
Dengan kekuatan yang ada Yun berseru "Tuhan selamatkanlah aku!" Pentungan listrik itu macet dan Yun bisa memegangnya erat-erat sambil menatap polisi itu yang terdiam dan berkeringat dingin. Lalu Polisi itu melemparkan pentungannya dan melarikan diri. Kemudian Yun dipindahkan ke pusat tahanan BKR, kehidupan dipenjara sangat sulit. Setiap makanan tahanan/para pesakitan sudah berbau dan berjamur, seminggu sekali mereka hanya diberikan sepotong kecil mantaou (roti kukus).
Para penjaga penjara menghasut pesakitan lain untuk menganiaya Yun, hal ini menjadi rutinitas sehari-hari, mereka meninju dada dan perutnya sampai Yun mulai mengeluarkan darah. Belum lagi jika diinterogasi oleh BKR, mereka memukuli wajahnya sampai bengkak dan tidak dapat dikenali lagi. Berpuasa tidak makan dan minum selama 74 hari Tanggal 25 Januari (hari ke 23, bulan ke 12, kalender Cina), Yun dipindahkan dari kabupaten A ke kota B dengan menaiki truk polisi. Yun merasakan penderitaan yang amat sulit ditanggungnya. Pakaiannya dipenuhi dengan bercak darah yg mengental dan membeku. Belenggu yg ada dipergelangan tangannya telah menembus dagingnya, sakit sekali jika ia bergerak sedikit saja. Yun merasa takut dan ragu, tapi tiba-tiba firman Tuhan datang dan berkata, "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!....Tuhan semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub." (Mazmur 46:11-12). Ketakutan dan keraguan di hati Yun segera lenyap. Ia menerima kekuatan baru dari Tuhan. Yun dibawa ke pengadilan dan diminta untuk melaporkan dengan jujur semua aktivitasnya serta dijanjikan diperbolehkan merayakan imlek bersama keluarganya. Yun minta ijin pada untuk mengingat kembali semua aktivitasnya dan memperoleh kekuatan untuk bicara karena beberapa hari ia tidak makan. Hakim mengabulkan pemintaannya dan Yun ditempatkan di sel nomor dua yang sangat ketat penjagaannya.
Yun menyadari bahwa ia akan menghadapi ujian yg besar di tempat ini, oleh karena itu ia bertekad untuk berdoa dan berpuasa tidak makan atau minum. Namun pencobaan besar datang, pada hari libur utama para pesakitan diberi sepotong kecil mantao dan sop berisikan daun seledri dan daging babi. Semua pesakitan yg hampir mati kelaparan segera melahap makanan itu sampai ludes dan bersih mangkuknya. Iblis mencobai Yun luar biasa, melihat "makanan enak" di depannya bagaimana mungkin Yun tidak tertarik untuk mencicipi sedikit saja?. Syukur pada Tuhan, Yun ingat bagaimana Yesus keluar sebagai pemenang, ia percaya Roh Kudus dan akhirnya keluar sebagai pemenang. Yun memberikan bagian makanan itu kepada pengawas sel dan para pesakitan lain. Pesakitan lain sangat senang dan mulai bersikap baik terhadap Yun. Kemudian Yun diminta untuk menyanyikan sebuah lagu untuk mereka. Dengan penuh sukacita ia menyanyikan lagu pujian bagi Allah.dan menceritakan betapa baiknya Tuhan itu serta mulai menginjili mereka. Yun kembali diinterogasi tetapi ia mengunci mulutnya rapat-rapat , BKR menggunakan segala macam cara penyiksaan tetapi tidak bisa membuat mulut Yun terbuka. Walaupun tubuh Yun kurus seperti tiang namun persekutuan dengan Allah meningkat pesat.
Ketika puasanya memasuki hari ke 38 dan 39 Iblis berkata kepadanya, "Yun, Yesus hanya berpuasa selama empat puluh hari. Dapatkah murid menjadi lebih besar dari gurunya? Bagaimana mungkin hamba melebihi Tuannya ? Bagaimana bisa engaku melewati empat puluh hari ?" Yun sangat tersiksa di dalam hatinya, perasaan takut yg menggetarkan dan tidak berpengharapan sampai pada tingkat pemikiran untuk bunuh diri. Namun ia tahu bahwa dosa bunuh diri sama dengan membunuh. Ia tidak tahu apa yg harus dilakukan selain berseru, "Tuhan, apa yg harus saya lakukan? Aku mohon agar Engkau mau menerima jiwaku!" Tiba-tiba terang Roh Kudus bersinar dan Firman Tuhan datang padanya dengan penuh kuasa, "Anakku, Aku tahu pekerjaanmu; Teguhkanlah hatimu, Aku telah membuka pintu di depanmu, dan tidak ada seorangpun yang dapat menutupnya: karena kamu mempunyai kekuatan kecil , dan telah memegang perkataanKU, dan tidak menyangkal nama-KU." Kegelapan itu lenyap dan Iblis dikalahkan! Yun memuji Tuhan, menangis, menyanyi dan bersekutu dengan Tuhan, Firman Tuhan datang dan berkata ,"Sesungguhnya barang siapa percaya kepadaKu, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa!." (Yohanes 14:12). Ayat ini yg sebelumnya kurang begitu diperhatikannya, datang padanya dengan penuh kuasa pada hari itu. Yun mengklaim ayat itu setiap hari dan sanggup berpuasa 74 hari.
Pada hari ke 41 dari puasanya, Yun kembali di interogasi, tetapi ia tetap tidak mau membuka mulutnya. Ia mulai dipukuli lagi di wajah dan tubuhnya dengan cambuk, pecutan listrik dan alat penyiksaan lainnya. BKR memaksa Yun untuk berjanji menghadiri pertemuan Three-Self Patriotic Church dukungan pemerintah yg oleh Yun dikatakan sebagai perempuan sundal, selain itu Yun dijanjikan menduduki jabatan ketua jemaat tsb. Yun hanya terdiam dan kemudian seorang dokter lapangan menyiksa dia dengan menusukkan jarum suntik tepat di bawah kuku jari-jari tangan Yun. Rasa sakit yang hebat menjalar keseluruh tubuh Yun dan Yun berteriak kesakitan dan akhirnya pingsan. Wajah Yun menjadi kuning, peluh mengucur deras dari wajahnya dan darah mengalir dari jari-jarinya, lalu BKR menendang Yun sampai tersungkur di lantai. Setelah penyiksaan itu Yun di bawa kembali ke selnya, teman selnya Li menangis sedih melihat derita yg dialami Yun, pada awalnya Li diberi tugas untuk mengawasi Yun, tapi kemudian! dia bertobat melihat kesaksian hidup Yun. Pengawas penjara kemudian menyuruh pesakitan yg satu sel dengan Yun untuk menyiksa dia setiap hari dengan janji akan dikurangi masa hukumannya. Kecuali Li, seluruh pesakitan walaupun menghormati Yun, tapi belum menerima Yesus, mulai dirasuki pikiran jahat. Mereka mulai menyiksa Yun setiap hari, tempat tidur Yun dipindahkan ke tempat kencing di dalam sel itu, ketika mereka kencing air kencing mereka langsung mengenai kepala Yun. Begitulah Yun mengalami penyiksaan selama dia di dalam sel dan berpuasa selama 74 hari.
Pada hari ke 74 , Yun dikunjungi oleh ibu dan istrinya serta beberapa saudara, mereka mengadakan perjamuan kudus dengan roti dan juice anggur yang dibeli saudaranya di kedai. Perjamuan itu sungguh khidmat dan berlangsung di ruang interogasi, kuasa Tuhan menjaga acara tersebut sehingga orang BKR tidak dapat berbuat apa-apa hanya melihat saja. Begitu perjamuan selesai, BKR itu seperti terjaga dari tidur dan mulai mengusir keluarga Yun serta menyeret Yun kembali ke dalam sel. Pertobatan terjadi di sel penjara Kembali ke sel nomor dua, Yun mulai dihina pengawas sel dan pesakitan lainnya, lalu Yun berkata dengan penuh otoritas Allah, "Allah telah mengutusku ke sini demi kalian. Sesegeranya aku masuk penjara, aku menceritakan kepada kalian tentang Injil salib Yesus. Lagipula, kalian telah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana aku tidak makan sesendok nasi dan tidak minum setetes airpun selama 74 hari. Aku bertanya pada kalian: selama ribuan tahun sepanjang sejarah, siapa yang pernah melihat orang yang melakukan demikian selama 74 hari dan tetap hidup? Hari ini, aku berdiri ditengah-tengah kalian. Apakah ini tidak cukup membuktikan bahwa Tuhanku itu benar dan hidup? Apakah kalian akan terus tegar tengkuk dan menolak Yesus Kristus? Ketika penghakiman datang bagaimana kalian akan dapat menghindar dari murka penghakiman itu?
Hari ini, Tuhan berbelas kasihan kepada kalian dan menawarkan pengampunan kepada kalian. Ia telah memanggilku untuk menyampaikan pesan pertobatan dan pengampunan dosa. Oleh karena itu masing-masing kalian berlutut dihadapan Yesus Kristus, mengakui dosa-dosa kalian dan bertobat, sehingga kalian dapat terhindar dari penghakiman dan kematian kekal yang akan menimpamu, diselamatkan dan memasuki kerajaan sorga yang kekal dengan suka cita!" Perkataan Yun seperti bom atom, kelompok yang terdiri dari lima belas orang itu tersungkur dihadapan Tuhan. Orang yg pertama kali berlutut adalah pengawas penjara lalu kemudian menyusul yg lainnya. Masing-masing dijamah Roh Kudus dan mereka diperlihatkan segala perbuatan jahat mereka babak demi babak seolah-olah mereka sedang menonton di bioskop. Mereka mulai menangis dengan bersuara, lalu Yun membaptis mereka .
Demikianlah terjadi pertobatan dan kebangunan rohani yang mecapai seluruh isi penjara dan jemaat di luar tembok penjara mulai mengalami kebangunan rohani. Kabar mengenai Yun yg berdoa dan berpuasa 74 hari tersebar kemana-mana dan menggoncangkan saudara-saudari seiman yang takut, suam-suam kuku dan tertidur rohnya. Kabar itupun menggemparkan orang-orang BKR, Yun kemudian diangkat menjadi pengawas sel nomor dua. Yun juga mempertobatkan seorang pesakitan anak pejabat BKR yang telah membunuh, memperkosa dan membuat kejahatan keji lainnya. Pesakitan itu bernama Huang dan ia akan dihukum mati, selama di dalam sel ia selalu mencoba bunuh diri. Berkat kasih yang ditunjukkan Yun dan pesakitan lain yang bertobat, Huang akhirnya menyerahkan hidupnya pada Yesus.

Cerita di atas disadur dari buku: Judul: Darah dan Air Mata
Judul Asli: Lilies Amongst Thorns Chinese Christians Tell Their Story Through Blood and Tears by Danyun Penerbit Indonesia: Cipta Olah Pustaka

Empat Ekor Binatang


Dalam sebuah kapal ada 4 ekor hewan yang menemani seorang nahkoda. Hewan itu ialah ayam, gajah, harimau dan tikus. Suatu hari keempat hewan itu berkumpul dan menceritakan kehebatan masing-masing.

Kata Ayam, "Aku selalu memberi telur kepada nahkoda kita. Berkat aku, dia dapat makan enak dan bergizi."

Gajahpun tak mau kalah, "Aku kuat, aku selalu membantu nahkoda kita untuk mengangkat barang-barang berat."

Harimau menimbrung, "Kalau aku terkenal sakti dan selalu dapat memenangkan setiap pertempuran, aku selalu melindungi nahkoda kita dari serangan bajak laut dan orang-orang jahat".

Hanya tikus yang terdiam. Ketiga hewan lainnya memandang dia katanya : "Tikus apa fungsimu di sini, hanya engkau yang tak mempunyai fungsi di sini.hahahaha". Mereka mengejek tikus itu.

Suatu hari kapal itu terantuk pada tonjolan karang dan bocor. Keempat hewan itu dan nahkodanya panik. Mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan karena lokasi kebocoran berada di tempat tersembunyi sehingga tidk bisa ditemukan. Tikus berpikir sejenak kemudian berkata, "Teman-teman mungkin inilah saatnya aku dapat berguna bagi kalian."

Lalu tikus itu mulai bergerak. Dengan tubuh mungil dan lonjong itu dia begitu mudah masuk ke sela-sela kayu untuk menemukan sumber kebocoran itu. Akhirnya kapal itu dapat diselamatkan.

Nahkoda itu berkata : "Untung ada kamu tikus, kalau tidak kita bisa celaka". Ketiga temannya pun tertunduk malu karena mereka telah mengejek tikus itu.

Demikianlah TUHAN memberikan kepada kita semua talenta masing masing. Tidak ada orang bodoh yang ada hanya orang yang tidak sadar akan bakat yang diberikan TUHAN kepada kita. Janganlah mengejek dan saling merendahkan tetapi hendaklah saling melengkapi untuk hidup yang lebih baik.

Senin, 02 April 2012

Sebatang Bambu

Alkisah disuatu desa yang begitu rindang, yang dipenuhi dengan perpohonan disekitarnya, tumbuhlah sebuah pohon mahoni yang begitu besar, menjulang tinggi seolah-olah ingin memberitahukan dunia betapa kuatnya dia, yang terlihat gagah. Tampak dia begitu memancarkan pesona wibawa bagi siapapun yang melihatnya. Tak jauh dari tempat pohon mahoni itu berada, tumbuhlah sebatang bambu yang mendampingi pohon mahoni tersebut. Namun apabila dilihat dari kasat mata, sungguh suatu pemandangan yang begitu kontras, bagaikan langit dan bumi, pohon mahoni yang begitu gagahnya dengan ranting-ranting besar yang menghiasinya, dan sebatang bambu yang begitu ramping, dengan dahan yang melengkung ke bawah.

Walaupun mereka berbeda, namun mereka selalu hidup berdampingan, sang bambu yang rendah hati selalu menyapa pohon mahoni setiap harinya, mereka berbincang dan berbincang. Pohon mahoni selalu suka menyombongkan dirinya, betapa besar dan hebatnya dia, sang bambu tidak pernah jemuh untuk mendengarkan kesombongan si pohon mahoni sambil tersenyum dia selalu membalasnya dengan pujian dalam ketulushatiannya.

Suatu malam hujan deras menguyur desa tersebut disertai angin yang berhembus dengan kencangnya. Suara gemuruh guntur turut membuat suasana cekam malam hari itu, banyak pohon-pohon bertumbangan, karena tidak kuat menghadapi hembusan angin kencang. Si pohon mahoni dan bambu pun turut terkena terpaan angin kencang, mereka mencoba bertahan dan berusaha untuk tidak tumbang.

Sang pohon mahoni yang panik, berusaha menahan angin kencang tersebut dengan badan nya yang besar. Namun badannya tidak cukup besar untuk menahan laju angin yang begitu kencang, dan akhirnya tumbanglah pohon mahoni tersebut. Sang bambu yang berada disampingnya pun terkena tiupan angin kencang, namun dia tidak menahan deruan angin kencang, dia hanya mengikuti kemana pun arah tiupan anginnya, dengan fleksibelnya dia bergemulai dengan hembusan angin, dan akhirnya angin kencang telah berlalu, sebatang bambu tetap tumbuh dengan indahnya, disamping pohon mahoni yang tumbang akibat terpaan angin kencang.

~Dalam pencapaian sukses, manusia selalu dihadapi oleh realitas masalah yang selalu datang silih berganti. Namun menjadi insan yang sukses harus mampu menghadapi masalah tersebut dengan kefleksibelan diri kita mengikuti dan mengetahui sebenarnya masalah yang sedang kita hadapi dan melakukan penyelesaian dengan fleksibel. Seperti sebatang bambu yang mengikuti terpaan angin dengan fleksibel, begitu juga kita harus menyikapi masalah dan tidak kaku akan satu penyelesaian saja. Karena apabila kita hanya monoton, dan menggangap kita hebat tanpa berusaha fleksibel, dengan memberikan solusi yang sama pada suatu masalah, niscaya kita akan tumbang seperti pohon mahoni yang besar~

http://successandwisdom.blogspot.com

Jumat, 16 Maret 2012

101 Intisari Seni Perang Sun Tzu

Sun Tzu
  1. Seni perang sangat penting bagi negara. Ini menyangkut masalah hidup dan mati, satu jalan (tao) menuju keselamatan atau kehancuran.
  2. Kenalilah musuhmu, kenalilah diri sendiri. Maka kau bisa berjuang dalam 100 pertempuran tanpa risiko kalah. Kenali bumi, kenali langit, dan kemenanganmu akan menjadi lengkap.
  3. Sang jenderal adalah pelindung negara. Ketika sang pelindung utuh, tentu negaranya kuat. Kalau sang pelindung cacat, tentu negaranya lemah.
  4. Gunakanlah kekuatan normal untuk bertempur. Gunakan kekuatan luar biasa untuk meraih kemenangan.
  5. Kemungkinan menang terletak pada serangan. Mereka yang menduduki medan pertempurannya lebih dulu dan menantikan musuhnya, akan memperoleh kemenangan.
  6. Kecepatan adalah inti perang. Yang dihargai dalam perang adalah kemenangan yang cepat, bukan operasi militer berkepanjangan.
  7. Ketika sepuluh lawan satu, kepunglah. Ketika lima lawan satu, seranglah. Ketika dua lawan satu, bertempurlah. Ketika seimbang, pecah belahlah. Ketika lebih sedikit, bertahanlah. Ketika tidak memadai, hindarilah.
  8. Mengetahui kapan seseorang dapat dan tidak dapat bertempur adalah kemenangan.
  9. Mengetahui cara menggunakan yang banyak dan yang sedikit adalah kemenangan.
  10. Atasan dan bawahan yang menginginkan hasrat yang sama adalah kemenangan.
  11. Bersikap siap dan menunggu musuh tidak siap adalah kemenangan.
  12. Sang jenderal yang mampu dan sang raja yang tidak campur tangan adalah kemenangan.
  13. Kemenangan itu dapat dikenal, tetapi tidak dapat dibuat.
  14. Kondisi tak terkalahkan terdapat pada diri sendiri. Kondisi dapat ditaklukkan terdapat pada musuh. Demikianlah yang terampil dapat menjadikan diri mereka tak terkalahkan. Mereka tidak bisa menjadikan musuh dapat ditaklukkan.
  15. Militer yang menang sudah menang lebih dulu, baru bertempur. Militer yang kalah bertempur dulu, baru mencari kemenangan.
  16. Pertama, ukurlah panjangnya. Kedua, ukurlah volumenya. Ketiga, hitunglah. Keempat, timbanglah. Kelima adalah kemenangan. Bumi melahirkan panjang. Panjang melahirkan volume. Volume melahirkan hitungan. Hitungan melahirkan timbangan. Timbangan melahirkan kemenangan.
  17. Melawan yang banyak sama seperti melawan yang sedikit. Itu hanya soal bentuk dan nama.
  18. Pertempurannya kacau, tetapi tidak seorang pun tidak takluk pada kekacauan. Kekacauan lahir dari keteraturan. Kepengecutan lahir dari dari keberanian. Kelemahan lahir dari kekuatan. Keteraturan dan kekacauan adalah soal menghitung. Keberanian dan kepengecutan adalah soal shih. Kekuatan dan kelemahan adalah soal bentuk.
  19. Tentang sifat pepohonan dan batu-batuan – ketika tenang, mereka diam. Ketika marah, mereka bergerak. Ketika persegi, mereka berhenti. Ketika bundar, mereka bergerak. Mengerahkan orang-orang ke pertempuran adalah seperti menggelindingkan batu-batuan bundar dari sebuah gunung setinggi seribu jen.
  20. Seseorang yang mengambil posisi lebih dulu di medan pertempuran dan menantikan musuhnya, tenang. Seseorang yang mengambil posisi belakangan di medan perang dan tergesa-gesa bertempur, ia harus bekerja keras. Demikianlah seseorang yang terampil bertempur memanggil lawannya, dan bukan dipanggil oleh mereka.
  21. Untuk membuat musuh datang atas kemauan sendiri – tawarkan mereka keuntungan. Untuk mencegah datangnya musuh – lukai mereka. Demikianlah seseorang dapat membuat musuh bekerja keras sementara ia sendiri tenang, dan membuat musuh kelaparan sementara ia sendiri kenyang.
  22. Kejarlah rancangan-rancangan strategis untuk membuat musuh takjub. Maka kau bisa merebut kota-kota musuh dan menggulingkan negaranya.
  23. Untuk menempuh jarak seribu li tanpa takut, tempuhlah jalan yang tak berpenghuni.
  24. Untuk menyerang dan pasti merebutnya, seranglah di mana mereka tidak bertahan.
  25. Untuk bertahan dan pasti tetap teguh, bertahanlah di mana mereka pasti menyerang.
  26. Demikianlah kalau seseorang terampil menyerang, musuh tidak tahu di mana ia harus bertahan. Kalau seseorang terampil bertahan, musuh tidak tahu di mana ia harus menyerang.
  27. Jenderal yang terampil akan membentuk lawannya, sementara ia sendiri tanpa bentuk.
  28. Siapkan di bagian depan, maka yang belakang lemah. Siapkan di bagian kiri, maka yang kanan lemah. Di mana-mana siap, di mana-mana lemah.
  29. Tak ada yang lebih sulit daripada menyiapkan pasukan.
  30. Sebuah pasukan tanpa kereta bagasi, akan kalah. Tanpa gandum dan makanan, kalah. Tanpa persediaan, kalah.
  31. Gesit seperti angin. Lamban seperti hutan. Menyerbu dan menjarah seperti api. Tak bergerak seperti gunung. Sulit dikenal seperti yin. Bergerak seperti guntur.
  32. Ketika menjarah desa, bagikanlah pada orang banyak. Ketika memperluas wilayah, bagilah keuntungannya. Timbanglah itu dan bertindaklah.
  33. Karena mereka tak dapat mendengar satu sama lain, mereka membuat genderang dan lonceng. Karena mereka tak dapat saling melihat, mereka membuat bendera serta spanduk.
  34. Dalam pertempuran di siang hari, gunakanlah lebih banyak bendera dan spanduk. Dalam pertempuran di malam hari, gunakanlah lebih banyak genderang dan lonceng. Genderang dan lonceng, bendera dan spanduk adalah alat seseorang menyatukan telinga dan mata orang-orangnya.
  35. Begitu pasukan disatukan dengan erat, yang berani tidak berkesempatan maju sendirian, yang pengecut tidak berkesempatan mundur sendirian, inilah metode menggunakan pasukan dalam jumlah besar.
  36. Bagi seorang jenderal ada lima bahaya – bertekad mati, ia bisa tewas. Bertekad hidup, ia bisa tertangkap. Cepat marah, ia bisa dihasut. Murni dan jujur, ia bisa dipermalukan. Mengasihi orang banyak, ia bisa dibuat jengkel. Kelimanya adalah bencana dalam militer.
  37. Gunakan keteraturan untuk menantikan kekacauan. Gunakan ketenangan untuk menantikan kebisingan. Inilah yang dimaksud dengan mengatur hati dan pikiran.
  38. Gunakan yang dekat untuk menunggu yang jauh. Gunakan yang santai untuk menunggu yang bekerja keras. Gunakan yang kenyang untuk menunggu yang lapar. Inilah yang dimaksud dengan mengatur kekuatan.
  39. Jangan bertempur dengan pasukan yang teratur. Jangan memukul formasi-formasi yang kuat. Inilah yang dimaksud dengan mengatur perubahan.
  40. Jangan hadapi mereka ketika mereka berada di bukit yang tinggi. Jangan melawan mereka sementara mereka membelakangi gundukan. Jangan mengejar mereka ketika mereka berpura-pura kalah. Berikan jalan keluar bagi prajurit-prajurit yang dikepung. Jangan menghalangi prajurit yang mau pulang.
  41. Di tanah terbuka, janganlah berkemah. Di tanah persimpangan, bergabunglah dengan para sekutu. Di tanah penyeberangan, jangan berlama-lama. Di tanah tertutup, susunlah strategi. Di tanah kematian, bertempurlah sampai mati.
  42. Ada jalan-jalan yang hendaknya tidak ditempuh. Ada pasukan-pasukan yang hendaknya tidak digempur. Ada kota-kota yang hendaknya tidak diserang. Ada tanah-tanah yang hendaknya tidak diperebutkan. Ada perintah-perintah yang berdaulat yang hendaknya tidak diterima.
  43. Kalau menurut Tao pertempuran ada kemenangan yang pasti, sementara sang raja melarang bertempur, jelas seseorang tetap bisa bertempur. Kalau menurut Tao pertempuran taka da kemenangan, sementara sang raja menyuruh bertempur, seseorang tidak boleh bertempur.
  44. Rencana-rencana orang bijak pasti mencakup keuntungan dan bahaya. Mencakup keuntungan, sehingga pelayanannya dapat dipercayai. Mencakup bahaya, sehingga kesulitan dapat diatasi.
  45. Tujuan mereka hendaknya mengambil segala yang di kolong langit dalam kondisi utuh lewat keunggulan strategis.
  46. Buatlah jalan mereka memutar dan pancinglah mereka dengan keuntungan.
  47. Memenangkan pertempuran dan merebut lahan dan kota, tetapi gagal mengonsolidasikan kemenangan, sama saja dengan buang-buang waktu dan sumber daya.
  48. Ketika serangan elang meremukkan tubuh mangsanya, itu adalah berkat waktunya (timing). Waktu adalah serupa dengan ditariknya pelatuk.
  49. Jangan ulangi cara-cara meraih kemenangan.
  50. Komandan yang andal dalam perang meningkatkan pengaruh moral dan patuh kepada hukum serta peraturan. Demikianlah ia berkuasa mengendalikan sukses.
  51. Adalah urusan seorang jenderal untuk tidak banyak bicara, sehingga lebih dapat menyimak.
  52. Komandan yang baik akan mencari kebajikan dan berusaha mendisiplinkan diri sesuai dengan hukum, agar dapat mengendalikan keberhasilannya.
  53. Sang pemenang adalah mereka yang tahu menggunakan strategi langsung dan strategi tidak langsung.
  54. Kegesitan itu unggul. Tunggangilah ketidakmampuan lawan. Tempuhlah jalan yang tidak disangka-sangka. Seranglah di mana ia tidak siap.
  55. Seseorang yang terampil menggunakan militer dapat disamakan dengan shuai-jan. Shuai-jan adalah seekor ular dari Gunung Heng. Pukullah kepalanya, maka ekornya tiba. Pukullah ekornya, maka kepalanya tiba. Pukullah bagian tengahnya, maka kepala maupun ekornya tiba.
  56. Kalau seseorang bertindak konsisten untuk melatih orang banyak, maka orang banyak itu akan tunduk. Kalau seseorang bertindak tidak konsiten untuk melatih orang banyak, maka orang banyak itu takkan tunduk. Seseorang yang bertindak konsisten itu serasi dengan orang banyak.
  57. Seorang jenderal mewakili nilai-nilai kebaikan dari kebijaksanaan, ketulusan, kemurahan hati, keberanian, dan kedisiplinan.
  58. Jenderal yang baik mengikat pasukannya. Ikatlah mereka dengan perbuatan. Janganlah memerintah mereka dengan perkataan. Ikatlah mereka dengan bahaya. Janganlah memerintah mereka dengan keuntungan. Persulitlah mereka di tanah kepunahan, toh mereka tetap selamat. Tenggelamkanlah mereka di tanah kematian, toh mereka tetap hidup. Orang banyak ditenggelamkan ke dalam bahaya. Toh mereka dapat mengubah kekalahan menjadi kemenangan.
  59. Jenderal yang melindungi tentaranya seperti bayi akan mendapati mereka mengikutinya sampai ke jurang yang dalam. Jenderal yang memperlakukan tentaranya seperti anaknya yang dikasihi, akan mendapati mereka bersedia mati untuknya.
  60. Jenderal yang cakap membuat prajurit sepenuhnya sepakat dengan pimpinan mereka, sehingga mereka akan mengikutinya sepanjang hidup sampai mati, tanpa merasa takut atas hidup mereka, dan tak gentar terhadap bahaya apapun.
  61. Kalau sesuai dengan keuntungan, bertindaklah. Kalau tidak sesuai dengan keuntungan, berhentilah.
  62. Kalau ada yang bertanya, “Musuh yang besar jumlahnya dan teratur akan mendekat, bagaimanakah aku menantikan dia?”, akan kujawab, “Rebutlah apa yang dicintainya, maka ia akan mendengarkanmu”.
  63. Seranglah pada saat lawan tidak siap. Datanglah pada saat yang tidak diduga.
  64. Jadilah yang pertama menempati yang tinggi dan Yang. Amankanlah rute persediaanmu.
  65. Pasukan menyukai yang tanah tinggi dan membenci yang rendah, menghargai Yang dan mencemooh Yin, mempertahankan kehidupan dan mengambil posisi yang mantap. Inilah yang dimaksudkan ‘pasti menang’. Pasukan ini tak mengalami seratus penindasan.
  66. Janganlah maju dengan angkuh. Cukuplah mengumpulkan kekuatan, mengamati musuh, dan menyerangnya. Namun, kalau seseorang tidak membuat rencana dan menganggap enteng musuh, ia pasti tertangkap musuhnya.
  67. Mengetahui pasukan dapat menggempur, tetapi tidak mengetahui bahwa musuh tak dapat digempur, ini hanya separuh kemenangan. Mengetahui bahwa musuh dapat digempur, tetapi tidak mengetahui bahwa pasukan tak dapat menggempur, ini hanyalah separuh kemenangan. Mengetahui bahwa musuh dapat digempur, mengetahuti bahwa pasukan dapat menggempur, tetapi tidak mengetahui bahwa bentuk bumi tak dapat digunakan untuk bertempur, ini juga hanya separuh kemenangan.
  68. Sang komandan tenang dan tak dapat diduga. Ia menciptakan keteraturan. Ia mengaburkan mata dan telinga pejabat maupun pasukan. Mencegah mereka memilikinya. Ia mengubah-ubah kegiatannya. Ia mengganti-ganti strateginya. Ia mencegah orang memahaminya. Ia ubah perkemahannya. Membuat rutenya memutar. Mencegah orang mendapatkan rencananya.
  69. Ketika saya meraih kemenangan, saya tidak akan mengulangi taktik tang sama, tetapi melihat situasi dengan cara yang tak terbatas. Strategi militer sama seperti air yang mengalir. Seperti air membentuk alirannya mengikuti dataran yang dilewati, pasukan meraih kemenangan tergantung pada musuh yang dihadapi. Oleh karena itu, siapa yang dapat memodifikasi taktik berdasarkan keadaan musuh akan meraih kemenangan sejati.
  70. Dalam pertempuran memiliki banyak tentara tidak menjamin kemenangan. Jangan maju bertempur hanya semata-mata mengandalkan kekuatan militer. Setiap orang yang kurang perhitungan dan menganggap enteng musuh dengan menghina dan meremehkan, pada akhirnya akan tertawan sendiri.
  71. Semakin banyak perencanaan, semakin banyak peluang menang. Semakin sedikit perencanaan, semakin sedikit peluang menang. Lantas, bagaimana jika tanpa perencanaan sama sekali?
  72. Jenderal yang cakap maju berperang tanpa mengharapkan ketenaran, dan mundur tanpa merasa takut dipermalukan. Jenderal yang cakap hanya berusaha melindungi rakyatnya, melayani pemerintahnya. Ia adalah mutiara bangsa yang sangat berharga.
  73. Dapat melihat matahari dan bulan bukanlah pertanda tajamnya penglihatan. Mampu mendengar suara halilintar bukanlah pertanda tajamnya pendengaran. Kemenangan hanya bisa diraih dengan cara-cara yang luar biasa.
  74. Bersekutulah dengan negara tetangga di daerah perbatasan.
  75. Kalau tidak menguntungkan, janganlah bertindak. Kalau tak mungkin menang, janganlah menggunakan pasukan. Kalau tidak dalam bahaya, janganlah bertempur.
  76. Raja tak dapat membangkitkan pasukan hanya dengan murkanya. Jenderal tak dapat bertempur hanya dengan kepahitannya. Kalau sesuai dengan keuntungan, gunakanlah pasukan. Kalau tidak, berhentilah.
  77. Pemerintah yang berpikiran terbuka merencanakan dengan baik. Jenderal yang baik siap melaksanakan rencana tersebut.
  78. Tanpa keharmonisan dalam suatu negara, tidak akan ada ekspedisi militer yang dapat dilakukan. Tanpa keharmonisan dalam barisan tentara, tak ada formasi pertempuran yang dapat dibentuk.
  79. Meraih 100 kemenangan dalam 100 pertempuran bukanlah puncak keterampilan. Menaklukkan musuh tanpa bertempurlah kesempurnaan tertinggi.
  80. Ada lima serangan dengan api. Yang pertama, membakar orang. Yang kedua, membakar took. Yang ketiga, membakar kereta bagasi. Yang keempat, membakar pabrik senjata. Yang kelima, membakar jalur transportasi.
  81. Menggunakan api untuk menyerang adalah cerdik. Menggunakan air untuk menyerang juga memberi kekuatan lebih hebat. Tetapi air hanya dapat membagi atau menghalangi lawan, sedangkan api dapat menghancurkan lawan.
  82. Membunuh musuh adalah soal amarah murka. Mengambil makanan musuh adalah keuntungan.
  83. Mata-mata merupakan elemen penting dalam perang, karena di pundak mereka bergantung kemampuan pasukan untuk bergerak.
  84. Tak ada persaudaraan lebih intim daripada persaudaraan seorang mata-mata. Tak ada upah lebih besar daripada upah seorang mata-mata. Tak ada urusan lebih rahasia daripada urusan mata-mata.
  85. Tak ada yang lebih sulit daripada mengatur maneuver pasukan. Mereka yang bergerak tanpa penghalang akan menang. Mereka yang bisa menggunakan tipu daya akan menang.
  86. Rahasia dari tipu daya adalah mengetahui bagaimana memanipulasi pandangan musuh. Membuat yang jauh kelihatan dekat, dan yang dekat kelihatan jauh.
  87. Jenderal yang baik menghindari musuh yang semangatnya tinggi. Ia menyerang musuh pada saat mereka lelah.
  88. Jangan mengejar gerakan mundur yang fatal. Jangan terpancing umpan musuh.
  89. Ketika mengepung musuh, berikan mereka jalan keluar. Jangan menekan musuh yang sudah tidak berdaya.
  90. Ada lima jenis pengintai yang dapat digunakan. Ada pengintai pribumi, pengintai yang membelot, pengintai mati, dan pengintai hidup.
  91. Kunci memenangkan pertempuran adalah memahami maksud musuh. Konsentrasikan kekuatan di satu arah. Tempuhlah jarak seribu li, dan bunuhlah jenderalnya.
  92. Raja yang dicerahkan, merenungkannya. Jenderal yang baik menindaklanjutinya.
  93. Kemenangan dapat direncanakan. Ketika saya membangun strategi terakhir, haruslah tidak berbentuk dan tidak kelihatan. Tidak berbentuk, sehingga tak diketahui oleh mata-mata paling hebat sekalipun. Tidak kelihatan, sehingga tak dapat dikalahkan oleh penasihat terhebat. Saya mengalahkan musuh dengan mengendalikan situasi, namun musuh tidak tahu bagaimana saya mengawasinya.
  94. Setiap strategi meramalkan kemenangan. Dengan menunggu titik kelemahan musuh sampai mudah diserang, mereka pasti menang.
  95. Jika kita menghormati kekuatan lawan dan dengan tekun mempelajari gerakannya, kita akan menang. Jika kita meremehkan lawan dan tidak memperhatikan arti gerakan-gerakannya, kita akan kalah.
  96. Ada enam kesalahan yang bisa menyebabkan kekalahan yaitu pengkhianatan, ketidakpatuhan, kesia-siaan, ketergesa-gesaan, kekacauan, dan kekurangmampuan.
  97. Kemiliteran adalah tao penyesatan. Ketika dekat, wujudkan seolah-olah jauh. Ketika jauh, wujudkan seolah-olah dekat. Demikianlah ketika ia mencari keuntungan, pancinglah ia.
  98. Seseorang yang tidak sepenuhnya mengetahui bahaya menggunakan pasukan, tidak mungkin sepenuhnya mengetahui keuntungan menggunakan pasukan.
  99. Tak satu pun dari lima elemen (air, api, kayu, logam, tanah) yang lebih dominan. Tak satu pun dari keempat musim yang abadi. Hari-hari terkadang lebih panjang, dan terkadang lebih pendek. Dan bulan kadang bersinar, kadang redup.
  100. Mengambil seluruh negara itu superior. Menghancurkannya adalah memalukan.
  101. Keunggulan tertinggi adalah kemampuan menembus pertahanan musuh tanpa harus berperang. Pejuang terhebat adalah yang mampu menekan musuh untuk menyerah tanpa perlawanan.
Sumber: Buku "101 Intisari Seni Perang Sun Tzu" karya William Tanuwidjaja

8x3=23

Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.

Pembeli berteriak: "3x8 = 23, kenapa kamu bilang 24?

"Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: "Sobat, 3x8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi".

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: "Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan".

Yan Hui: "Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?"

Pembeli kain: "Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?"

Yan Hui: "Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu".

Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius. Setelah Confusius tahu duduk persoalannya, Confusius berkata
kepada Yan Hui sambil tertawa: "3x8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia." Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain.

Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat : "Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh."

Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang.

Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti.

Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: "Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?"

Confusius berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh".

Yan Hui berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum."

Confusius bilang: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?"

Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu."

Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.

Cerita ini mengingatkan kita:

Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya.

Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting.

Banyak hal ada kadar kepentingannya. Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.

Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.

Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan atasan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan suami. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga

Kemenangan bukanlah soal medali, tapi terlebih dulu adalah kemenangan terhadap diri dan lebih penting kemenangan di dalam hati.

BE A WINNER!